Minggu, 20 Desember 2015

KMD PRAMUKA



Membidik jurusan PGMI/PGSD, kampusku mah total banget deh mempersiapkan mahasiswanya menjadi the real wali kelas sejati. Selain dibekali ilmu pengetahun macam-macam tentunya, kami juga dibekali kemahiran dalam membina pramuka. Berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No 63 tahun 2014 tentang pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, tentunya kemampuan dalam membina ekstrakurikuler di sekolah sangat diperlukan toh?
Jadi dalam agenda perkuliahan, pasti deh pihak kampus mengagendakan kegiatan KMD yang bekerja sama dengan KWARCAB CIAMIS. Sebenarnya sih kerja sama pihak kampusku sama kwarcab itu mudah abis lho, abisnya beberapa dosen yang mengajar di kampusku merangkap juga menjadi anggota kwarcab.
Lalu angkatan aku ini kapankah diagendakan mengikuti KMD Pramuka?
Jawabannya yaitu saat semester 3 (disaat angkatan lain mah pas semester 5). Hehe, enak banget kan? Jadinya entar menjelang detik-detik pengerjaan skripsi, otak gak banyak pikiran sana-sini. Yuhuuu!!! Enaknya lagi, tempat yang akan digunakan untuk pelatihan KMD ini adalah di Kodim Ciamis. Asli enak banget, kan semester-semester pendahulu mah pelatihan KMD-nya di Buper Majaprana yang terkenal adem adem mistis gitu. Hiyyy. Di Kodim mah sudah gak usah ribet-ribet bikin tenda, tempat menginap dipetakan di rumah-rumah yang tersedia di Kodim, fasilitas mesjid dan wc-nya oke tenan, ditambah kalau kita sedang menerima materi terus ujan mendadak gitu, tetangga tentaranya pada baik-bak mengamankan jemuran pakaian kita. Alamak, I Love You Para Penghuni Kodim.
Makanya pelatihan KMD Pramuka selama lima hari inipun terasa mengalir begitu saja untukku. Maklumlah, aku kan anak pesantren. Hidup berdempet-dempetan dengan manusia lain dalam satu ruangan mah sudah biasa, kayak diruangan kobong saja waktu di pondok. Kirain teman-teman yang lain juga merasakan kebetahan yang ku rasakan, ternyata mereka merasakan waktu pelatihan yang hanya 5 hari ini terasa 5 bulan saking gak betahnya. Aha, ternyata aku bisa survive dengan cepat. J
Oh iya, pelatihan KMD ini dilaksanakan pada bulan Februari Tahun 2012, hanya saja aku lupa tanggalnya (maklum sudah 3 tahun berlalu yee). Oh iya lagi, KMD itu singkatan dari Kursus Mahir Dasar. Nantinya para peserta yang sudah dibekali berbagai ilmu selama KMD ini, harus mengabdikan dirinya untuk membina Pramuka disuatu sekolah, kemudian membuat laporan RTL (rencana tindak lanjut), kemudian dapat sertifikat pengakuan deh kalau kita adalah Pembina Pramuka yang syah dan legal. Ajip bener kan?
Sebelum menerima berbagai pengarahan dan materi, sebagai panduan kamipun diberi sebuah buku dengan judul Buku Serahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) SK KWARNAS No.200/2011 (bukunya rada-rada jadul ya? 2011? Harusnya 2012 kali Boss, tapi yang penting mah isinya ya? He ). Buku ini benar-benar buku panduan ketika lupa (kini dan nanti- lho apa maksudnya?), soalnya isin kumplit banget dahhh.
Selain diberi cara-cara menjadi Pembina pramuka yang baik, para peserta KMD pun dibekali dengan berbagai lagu-lagu lucu khas pramuka. Dari sekian banyak lagu yang diajarkan, aku suka banget sama lagu ini lho…
Si Dogol
Si Dogol, masuk pramuka
Si Dogol, jadi pramuka
Naik gunung, turun gunung
jalan licin, Dogol jatuh

Si Dogol jatuh oh mama!

Lagu inipun makin berkesan saat semeseter 7, aku ditempatkan KKN di kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis. Seakan tak mau kalah dengan nama kecamatannya, desa yang dijadikan lokasi KKN-ku pun bernama Desa Cidolog.
Makanya saat melatih pramuka di SD setempat, dan saat kebetulan sedang memberikan sebuah lagu pramuka penyemangat berjudul Si Dogol, batok kepalaku kemudian iseng ingin merubah liriknya jadi begini.
Ci dolog
Ci dolog, masuk pramuka
Ci dolog, jadi pramuka
Naik gunung, turun gunung
jalan licin, Dolog jatuh
Ci dolog jatuh oh mama!

Buat para pecinta pramuka yang tahu sama lagu ini, sepertinya akan merasakan kelucuan yang juga ku rasakan. Tapi buat para manusia yang tak terlalu menyukai pramuka dan baru pertama kali mendengar lagu ini, rasa lucu dari sisi manapun sepertinya tak akan menyentuh hatinya. Cailah… Makin ngelantur nih sepertinya, marilah kita tinggalkan cerita Si Dogol or Ci Dolog.
Hari pertama, kedua, dan ketiga KMD Pramuka di Kodim kami lalui dengan aman, sejahtera dan sentosa. Rutinitas sehari-haripun seperti olahraga pagi, rutinitas pagi (mandi, makan, nyuci baju), menyimak berbagai materi, dan lucu-lucuan bersama teman berjalan dengan aman.
Namun malam keempat, aroma-aroma drama mulai tercium tuh. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba area Kodim yang biasanya dihuni segelintir tentara di malam hari, waktu itu penuh sesak oleh tentara lengkap dengan senjatanya. Sebenarnya sih bakalan diprediksikan kejadian seperti ini, tapi pas kejadian langsung mah hati tetap ketar-ketir takut juga. Kami dibentak-bentak gitu deh, katanya kami tak punya izin tinggal di Kodim-lah, dan berujung diusir dari Kodim malam itu juga sekitar pukul sepuluh malam. so sweet ya! Untung saja kantor kwarcab tinggal nyebrang jalan saja dari Kodim, jadinya aksi lari pontang-panting kami tak begitu menyita tenaga.
Tak menyita tenaga katamu?
Sesampainya di aula kwarcab, lagi-lagi kami di usir. Katanya aula kwarcab tak muat untuk menampung kami semua. Jadi intinya, dari semua drama ini berujung kami para peserta mengadakan jurit malam dengan membawa ponco hujan, bahan makanan dan peralatan seperlunya.
Perjalanan malampun dimulai dan arah perjalanan dipastikan menuju daerah Kertasari (tak jauh dari kantor kwarcab). Dari awal pelatihan kan kita kita dibagi dalam beberapa kelompok tuh, jadi perjalanan malam inipun dibagi dalam beberapa kelompok, meskipun tiap kelompok jaraknya berdekatan. Namanya juga tengah malam ya, di perjalanan banyak banget yang ganjil. Mulai dari semilir aroma melati, penampakan makhluk-makhluk jahil, dan lain sebagainya (aku nulis cerita ini gepas banget malam jum’at lho. Jadi kerasa banget horornya.)
Namun ada yang membuatku rada-rada keki sih. Teman sekelompokku, Yanti, berkeras membawa ranselnya dalam perjalanan mala mini. Alhasil deh, anggota kelompokku yang lain malah nitip barang macam-macam ke ranselnya. Banyak barang, berarti semakin banyak beban dong. Yanti yang berperawakan tinggi tegap, di tengah perjalanan dia kepayahan juga membawa tas ranselnya. Tuh kana pa aku bilang, sudah dilarang bawa ransel malah ngeyel. Jadinya banyak barang titipan kan, eh orang yang nitip barang disuruh giliran bawa ranselnya Yanti mah pada ogah semua. Payah ah!
Takut melihat Yanti jatuh pingsan akibat kepayahan, ditambah mukanya sudah pucat pasi abis (apa jangan-jangan dia kembarannya…) aku yang notabene bertubuh pendekpun bersedia membawa ranselnya Yanti. Eh aku emang nitip apaan ya ke ranselnya Yanti? Perasaan gak nitip apa-apa deh.. (Hahaha)
Begitu ku sampirkan ranselnya ke bahu… ADUBIUNG!!! BERAT AMAT, CYINN!!! Pantesan Yanti kelihatan mau pingsan bawa ransel ini. Tapi tak apalah, beberapa kilo meterpun ku lalui membawa ransel seberat mammoth ini. Untung saja di kelompokku dihuni seorang ibu-ibu berkeibu-ibuan (kan banyak banget tuh sekarang mah ibu-ibu yang childish abis), melihat aku kesusahan, dia kemudian meminta ransel yang ku bawa untuk digendongnya. Oalah, Bu Enok baik bener dah! Melihat postur tubuh Bu Enok yang tinggi gede, membuat dia terlihat gagah banget membawa ranselnya Yanti. Wehehehe.
Setelah keliling sana-sini sampai nyasar juga ke tempat yang banyak rumpun bambu, kami akhirnya tiba di tempat yang agak lapang. Syukurlah, akhirnya badan ini bisa beristirahat juga. Disana kami disuruh untuk membuat tenda dadakan dengan ponco hujan atau jas hujan. Sebelum tangan sibuk menyimpul tali sana-sini, isu tak jelas kemudian menyebar dari mulut ke mulut.
“Eiii, katanya di sekitar sini ada pemakaman lho.”
Mendengar isu ini, kontan dong kami (terutama para cewek) langsung panic abis. Takut kalau daerah yang mereka gunakan untuk mendirikan tenda bersebelahan dengan TKP yang tak diinginkan. Tapi karena badan sudah capek, bodo amat deh sama isu tak jelas. Kelompok kamipun mulai membuat tenda di daerah yang agak terpencil dari tenda orang-orang, biar acara tidur-tidurannya nyaman gitu lho.
Dalam sekejap tenda dadakanpun tercipta, lumayanlah melindungi kami dari gerimis kecil malam itu. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, beratap bintang-bintang kecil di langit, mata kami mulai terkantuk-kantuk dan terlelap dengan nyamannya.
Busyet dah baru tidur beberapa jam, pukul setengah empat kami dibangunkan panitia. Disuruh menggusur tenda dadakan yang baru didirikan beberapa jam lalu dan pulang kembali ke aula kwarcab. Bikin capek banget ya agenda KMD ini? Hahaha. Tapi pengalaman seperti ini toh yang tak akan pernah terlupakan seumur hidup. Dari acara drama bikin capek ini pula kami diajarkan untuk mencari jalan keluar dari setiap masalah yang datang dan berusaha membuat tawa dari setiap duka. Asyekk!
Oh iya setelah kelompok kami membongkar tendanya, samar-samar mata kami menangkap batu-batu putih terpancang rapi di dekat tenda kami. OMIGOT!!! Jadi tadi kami tidur didekat…. Alah masa bodoh lah sama kejadian yang sudah berlalu, untung kami tahunya pas sudah merasakan tidur nyaman berkualitas, coba kalau kami sekelompok tahu fakta mengerikan ini sebelum tertidur? Alamak, jangankan tidur di tenda, buat duduk-duduk manispun rasanya ogah. Pastinya kami jerit-jerit lebay gitu, parno sama ketakutan yang dibuat-buat batok kepala masing-masing.
Sesampainya di aula kwarcab, rutinitas kamipun berjalan seperti biasa, hanya beda tempat saja. Tapi sungguh lho, enakan pelatihan KMD pas di Kodim, fasilitasnya oke-oke. Hemhhh…
Sore hari terakhir, pelatihan KMD diisi dengan acara permainan. Sayangnya kelompokku saat pelatihan (maksudnya ada kelompok untuk berbagi tempat tidur, terus ada kelompok saat pemberian materi berlangsung) diketuai sama orang yang gila menang. Bukannya beneran jadi pemenang, kita para anggota malah tertekan toh, jadinya ya kita gak jadi pemenang dari semua permainan. Hohoho.
Nah malam harinya tuh yang lucu abis. Sebelum diadakan api unggun, seperti biasa kan kita menerima materi pelatihan KMD. Kebetulan tuh malam terakhir ini didatangi oleh seorang Kakak Pramuka yang ku lupa namanya. Kebetulan yang kedua, dia katanya bisa menghipnotis. Kebetulan yang ketiga, dia mau menghipnotis kami semua dengan cara…
“Baiklah Kakak Kakak semua, disini Kakak ingin membuat kalian semua nyaman. Sekarang baringkan tubuh kalian! Cari tempat yang enak dan tak jauh dari tempat duduk. Sudah?”
“SUDAH!”
“Bagus! Kemudian tutup mata Kakak Kakak, rasakan kantuk yang dalam mulai menyerang mata. Makin  dalam, makin dalam, makin dalam, dan tertidur.”
Saat memejamkan mata dan saat si Kakak ini sedang berbicara perkataan di atas, benakku malah ngomong begini,”wah baik banget nih si Kakak, tahu saja kalau kita kita nih kecapaian berat. Baiklah Nur, ayo tertidur! Ayo tertidur! Ayo tertidur!” (untuk obrolan hati terakhir, aku mengatakannya sambil dinyanyiin biar makin semangat tidurnya. Hahaha)
Ternyata ajakan si Kakak ini hanya tawar gatra saja. Beberapa detik kemudian, dia menyuruh kita untuk terbangun kembali. Ngenesin ya? Tapi toh aku mah tak merasakan ngenes sedikitpun karena saat itu aku malah tertidur pulas disaat teman—teman yang lain sudah duduk rapi lagi. Aduh, malu-maluin deh.
Entah aku beneran kehipnotis, atau badan emang lagi kecapekan berat, yang jelas bukan hanya aku saja yang berhasi di hipnotis. Banyak juga lho yang kena, malah lebih parah. Aku mah tidurnya hanya setengah jam-an (mungkin), peserta yang lain mah ada yang tidur sampai acara pemberian materi selesai. Ckckckck, parah nih si Jahe (Jago Hees).
Sisa malam itu kemudian kami habiskan dengan salam-salaman. Terakhir dipenghujung malam, ada acara kejutan ulang tahun salah satu mahasiswa yang menjabat sebagai dosen plus petinggi kwarcab. Asyik, makan kue malam-malam dong. Lumayan, pengganjal perut!
 
Esok harinya, sebelum acara ini benar-benar diakhiri, aku mendapat kabar duka. Jadi gini ya ceritanya, temanku kan beberapa hari yang lalu sepatunya rusak tuh. Terus dia minjam sepatu deh sama aku. Kasihan juga sih, masa dia mesti telanjang kaki, aku kasih pinjam deh sepatu cadanganku. Dipakai siang malam membuat sepatuku rusak juga (kayanya sih yang bermasalah bukan sepatunya deh, tapi kakinya tuh orang). Ternyata Yanti juga mengalami hal yang sama. Sepatunya yang dipinjamkan ke dia juga rusak (tuh kan bener dugaanku).
Keki dong, soalnya sepatu cadangan itu satu-satunya sepatuku yang layak untuk ku pakai ke kampus dikemudian hari, malah rusak. Pengen minta ganti deh, kagak full juga boleh lah (kan sepatunya juga pernah ku pakai), eh eh… boro-boro diberi uang ganti rugi, minta maafpun dia lewat orang lain. Ish ish ish, kayaknya dia mesti lebih lama deh ikutan pelatihan KMD ini. Ngenes kuadrat, kirain orang ini hanya bawa satu sepatu, eh ternyata dia juga bawa sepatu cadangan. Lah ngapain dia minjem sepatu orang kalau dianya juga punya sepatu yak, sampai rusak pula? Pokoknya, adegan ini jangan ditiru banget deh, Sob! Gak terpuji abis.
Tapi masih mending aku hanya kebobolan satu sepatu, teman di kelompok lain mah ada yang kebobolan uang, dalam jumlah yang lumayan pula. Beuh, disaat-saat seperti ini, sang punya tangan jahil masih saja sempat beraksi. Ya sudahlah, di KMD ini selain kita diberi materi kepemimpinan untuk menjadi Pembina pramuka, hiburan-hiburan, canda tawa siang-malam bersama teman, kita juga dikasih bahan untuk membuat hati ini merelakan, sabar, dan ikhlas. (Lho kok ikhlas disebut-sebut yak? Berarti gak ikhlas dong! Ahhh, biarkan amal ini hanya aku dan Tuhan lah yang tahu) Meskipun begitu, keseruanku selama mengikuti KMD ingin aku bagi-bagikan kepada kalian semua… YEYYY!!!
 

Pelatihan Instalasi Listrik Berbasis Kompetensi Tahun 2015





Ikutan pelatihan ini, sebenarnya tak pernah terlintas sedikitpun dalam kepala. Lah mau kepikiran bagaimana, mendengar ada pelatihan seperti ini juga baru dengar dari Rizky, teman sekelasku di kampus. Ceritanya ya waktu itu menjelang detik-detik uji komprehensif di kampus (ciee.. detik-detik menjelang jadi sarjana gitu lho), namun dikarenakan administrasi aku bermasalah jadi ya… bukannya fokus membolak-balik ilmu yang telah dipelajari selama dibangku perkuliahan, aku malah ngendon di kampus untuk memantau sejauh mana perkembangan masalah administrasi yang melilit mahasiswa imut ini. soalnya kalau masalah administrasi ini tak rebes, aku terancam tak bisa mengikuti ujian komprehensif dan gelar sarjanaku ditangguhkan sampai tahun depan. L Oh No, aku kan ingin cepat-cepat lulus. Banyak banget target yang mesti dikejar dengan gelar sarjana ini gitu lho. Wehehehe.
Iya ceritanya lagi dikampus, lagi so’ so’ an nongkronglah diruang BEM. Abisnya mau nongkrong dimana lagi? Di kantin? Uaduhh, boke tenan kantongku. Hehe. Lagi nongkrong gitu kan, eh ada si Rizky yang kelihatan lagi sibuk banget. Sebagai mahasiswa yang ramah, aku sapa deh ex. Ketua BEM ini, “Hei Ky, sibuk bener nih.”
“Iya nih, biasa lagi ngurus administrasi dulu. Bermasalah emh, padahal kan bentar lagi mau ujian komprehensif.”
Jhahaha, senasib ternyata kita.
“Eh Nur, kamu mau ikutan pelatihan listrik gak?”
Tertarik banget dong, secara beberapa bulan ke depan aku bakalan nganggur terus di rumah. Iya sih acara nganggur ini seharusnya diisi dengan pengerjaan skripsi. Lah masa iya tiap pagi, siang, sore, dan malam harus ku habiskan di depan laptop terus ngerjain skripsi. Alamak, belum selesai ini skripsi, otak sudah pecah duluan. Jenuh tingkat dewa, Mbah Bro.
“Tenang, pelatihannya entar Juli kok. Masih lama lah, sekarang kan baru april. Tertarik gak? Lumayan Nur, selain dapat ilmu, kita juga bakalan dapat uang duduk.”
Dasar matre, mata ini langsung hijau begitu mendengar kata uang.
“Wah, tertarik dong, Ky. Persyaratannya apaan saja tuh?”
“Fotocopy ijazah SMA, foto, sama fotocopy ktp. Kalau kamu berminat, tuh serahin persyaratannya sama Bu Ela.”
“Kebetulan banget Ky, aku lagi bawa semua persyaratannya. Langsung ke Bu Ela-in saja ya.”
“Huhh.”

Sejak saat itu, resmilah aku jadi calon anggota pelatihan instalasi listrik. Parahnya aku gak tahu siapa yang mengadakan pelatihan ini dan dimana pelatihannya akan diadakan. Parahnya lagi ternyata waktu pelatihan yang diprediksikan saat bulan ramadhan, malah ngaret total ke bulan September. Hadeuhhh,,, Tapi tak apalah, kan motivasi mengikuti pelatihan ini selain dapat uang duduk tentunya, aku juga ingin menambah pengetahuan dan keterampilan sebuanyak-buanyaknya dalam rangka mempersiapkan diri untuk mendaftar jadi guru rimba. Yeheee…
Dikarenakan pelatihan ini ngaret ke bulan September, teman cewek sekelas dikampus akhirnya mengundurkan diri karena dia disibukan dengan kegiatan mengajar di MI. Dikira si Rizky bakalan ikutan pelatihan, kan dia yang ngajakin aku, eh eh ternyata dia hanya sembarang ngajak orang saja. Sialan, aku jadinya tak ada teman sekelas saat mengikuti pelatihan ini. Setelah disearching- searching,  ternyata dari kampusku hanya mengutus empat mahasiswa saja. Tiga mahasiswa dari semester tiga, dan satunya lagi dari semester delapan, selebihnya dari kalangan umum. Bagus ya Ky, sekarang aku tersesat ditengah-tengah orang yang gak dikenal gara-gara kamu.
Sebelum ikutan pelatihan, aku galau juga sih memikirkan apakah aku bisa bersosialisasi dengan orang asing secepat mungkin? Kan aku pengidap introvert tuh, ditambah dalam pelatihan yang jumlahnya hanya 16 peserta saja, hanya ada tiga orang peserta cewek. Ditambah lagi mitos yang entah darimana rimbanya mengatakan, kalau ada tiga orang, bisa dipastikan satu orang bakalan tersisihkan. Oh my God, jadi sudah diramalkan nih aku yang bakalan tersisih? Menyedihkannya… Tapi bukan Nur Puspita namanya dong, kalau urusan sesepele ini akan membuat langkahnya mundur. Ciyeee… J

 Tgl 3 September 2015
Sebenarnya tanggal pelatihan instalasi listrik ini akan dilaksanakan tanggal 6 September sampai 6 Oktober 2015, tapi kok anehnya baru juga tanggal 3 sudah disuruh datang ke Disnaker sih? Oisshhh, lupa aku memberitahukan, pelatihan ini akan diadakan di Gedung Dinas Tenaga Kerja Cijeungjing Ciamis lho, letaknya juga kagak jauh dari kampus tercinta. Ternyata kami berenam belas disuruh ke tempat pelatihan untuk melakukan pembukaan acara doang sama kepala dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Ciamis.
Diagendakan acara pembukaan pelatihan listrik ini pukul 8, tapi setelah ditimbang-timbang jam karet orang Indonesia, aku berhipotesis berat kalau acara ini bakalan ngaret. Maka datang deh aku ke tempat pelatihan pukul setengah sembilan. Dikarenakan datangnya telat, kursi yang kosong ada dibelakang doang. Terpaksa deh aku duduk di belakang, sendirian pula gak ada yang ngajak ngobrol. Mau basa-basi sama peserta yang duduk di sebelah, eh dianya lagi sibuk sama smartphone. Mau ikut-ikutan so’ sibuk sama smartphone, alangkah malangnya ponsel aku ketinggalan di rumah. Resmi berat aku jadi alien deh saat itu. Ditambah dua peserta cewek yang notabene berasal dari satu rumpun, asyik merumpi pelajaran dikampus, hilang nian kesempatanku basa-basi sama mereka. Oh God !!!
Nyebelinnya nih acara pembukaan ngaret abis sampai jam sebelas siang, gak kira-kira banget kan? Ckckckck, kapan dong kebiasaan jam karet orang Indonesia ini menghilang dari peradaban? Lah mau hilang bagaimana, tiap saat selalu dilestraikan kok.
Sudah deh, tinggalin ke-bete-anku menunggu acara pembukaan yang belum juga dibuka. Setengah jam kemudian, baru deh salah satu cewek dibarisan depan ngajak aku ngobrol sebelum pantat ini benar-benar akaran bin lumutan. Syukurlah. Syukuran kedua, acara pembukaan yang berlangsung efektif (lupain kengaretannya ya), para peserta dipersilakan pulang ke rumah masing-masing. Yuhuu,, kirain langsung diadain pertemuan pelatihan.
Oh iya.. ini nih nama para peserta yang ikutan pelatihan instalasi listrik ini..

v     Agri
v     Nuryanto
v     Egi
v     Nur Puspitasari
v     Rian
v     Nunung
v     Masturrahman
v     Wulan
v     Abudi Misaka
v     Irsan
v     Slamet
v     Nurkholis
v     Irfan Hilmi
v     Mr. X
v     Saeful Uyun
v     Udin

7 September- 6 Oktober 2015
The real pelatihan instalasi listrik berbasis kompetensi ini kemudian dilaksanakan tanggal 8 september, pas hari senin. Pak instruktur yang bertugas mengajari kami tuh bernama Pak Agung. Beuh, mendengar penuturan materi dasar ke-listrikan darinya ngerti banget lho. Salut deh sama gaya pembelajaraannya. Tapi makin kesini kok otakku makin kudet sih? Bayangkan, disaat peserta lain sudah punya tahu ilmu listrik dasar. Lah aku mah SUTET saja belum tahu. Mau nanya ke Wulan, tengsin abis. Duh bagaimana bisa aku menguasai dan kompeten didalam per-instalasi-an listrik, kalau SUTET saja tidak tahu. Ditambah niat ingin jadi peserta yang paling mahirpun, sepertinya hanya akan menjadi angan-angan belaka deh. hiks hiks. Tapi lagi-lagi, putus asa bukan pasionku. Semangat Nur, cayooo!!!
Berita dari Pak Agung yang membuatku sedih setengah mati adalah untuk sisa minggu ini katanya Pak Agung tak bisa masuk dikarenakan harus mengikuti seminar di Bandung, sedangkan pelatihan listrik ini akan di-instruktur-i oleh Pak Iwan. Oalah Pak, pelajaran dari bapak saja otak ini masih loading, apalagi kalau beda instruktur. Duhh, berat banget deh keinginan untuk mahir dan kompeten dibidang ini. Hiks hiks. L
Esoknya, benar saja pelatihan listrik yang baru berumur sehari ini sudah ganti instruktur (emang ada dua keles, intruktur yang ditunjuk dalam pelatihan listrik kali ini. hehe). Namanya Pak Iwan (maaf Pak, nama panjangnya muridmu ini lupa. Piss ya, Pak) . Gaya pembelajaran Pak Iwan pokoknya beda banget dari Pak Agung. Eueuhhh,,, bete deh. Basic Pak Iwan yang pernah menjadi guru di SMA membuat arah pembelajaran instalasi listrik ini membosankan banget. Secara tidak langsung, Pak Iwan menyuruh kami untuk berpikir dan belajar menemukan ilmu yang terselip dalam omongannya. Oalah Pak, mau disuruh mikir gimana otak ini, otak aku kan masih blank banget sama urusan perlistrikan!
Intinya aku bete bangetlah diajar sama Pak Iwan. Ingin deh aku protes sama dia,”Pak ini kan pelatihan, kami dibimbing untuk tahu dong. Bukannya disuruh menemukan ilmu itu secara otodidak. Hello, ini bukan sekolah atau perkuliahan, Pak. Waktunya limited edition juga, hanya sebulan. Mending kalau kita disekolahan, paling cepet kan kita belajar selama tiga tahun. Ini mah sebulan Pak, sebulan.”
Kirain aku saja yang bete sama gaya belajar dia, ternyata peserta yang lain juga bete lho pemirsa. Hahaha, maaf Pak muridmu ini kali kali lah jelek-jelekin Bapak ya! Maafin ya!
Terus gaya mengajarnya yang lebih banyak praktek, membuat otakku makin shock. Belum juga tahu masalah per-kabel-an, ehh.. ini mah langsung disuruh bulat-belit kabel. Omigott, stress aku. Otakku yang masih nge-hang inipun sepertinya berpengaruh abis sama kecepatan tangan. Disaat peserta lain sudah berhasil mengupas dua kabel dan membentuknya menjadi ekor babi, lah tangan aku mah masih kesusahan buat mengupas satu kabel juga. Melihat teman-teman yang lain sudah sukses dengan ekor babinya, panas dong hati ini. Mau dicepetin nih proses pengupasan kabel pakai tang potong malah berujung kawatnya yang sudah susah-susah ditelanjangin, malah kepotong beneran. Apes sangat dah.
Esoknya hari rabu tanggal 9 september sepertinya tak lebih bagus dari hari kemarin. Kan kemarin tuh kami dikasih PR untuk menggambar denah instalasi rumah masing-masing. Aku gambar tuh denah instalasi rumahku yang aslinya emang acak-acak (Sialan tuh yang masang instalasi listrik rumah aku, kacau banget!). Namanya juga baru belajar ya, belum tahulah cara-cara bikin denah instalasi rumah yang baik dan benar. Lah mau bisa tahu caranya bagaimana, Pak Iwan yang praktek-er banget mana ngasih tahu. Kita hanya dikasih lihat gambarnya saja, gak pakai dijelasin. Langsung dikasih PR dan esoknya langsung dikoreksi sama dia.
Bodohnya aku yang gak searching dulu di google bagaimana cara membuat denah instalasi yang benar, membuat denah instalasi listrik rumahku benar benar kacau. Alhasil saat dikoreksi Pak Iwan, denah rumahku yang paling ancur.
“Denah apaan ini, Nur?”
“Denah rumah saya, Pak?”
“Kok kayak gini? Salah ini! Terus dimana letak saklar seri sama paralelnya?”
Oalah Bapak, boro-boro bisa menjelaskan dimana letak saklar serinya, menjelaskan apa perbedaan saklar seri dan saklar paralelpun muridmu ini tak mampu. Urgh!
“Memang begitu Pak, denah instalasi listrik rumah saya. Emang ancur banget,” akuku malu-malu, “makanya dengan mengikuti pelatihan instalasi listrik ini, saya ingin memperbaiki instalasi listrik di rumah saya, Pak.”
Emang salah ya kalau aku menjawab seperti itu, kok Pak Iwan malah menimpali begini,”Lho kok? Bapak kan ingin kamu membuat denah instalasi listrik rumah kamu yang bener, bukan yang acak-acakan begini.”
Oalah Bapak,,, terus kenapa kemarin Bapak nyuruhnya menggambar denah instalasi listrik rumah masing-masing? Sudah dikasih the real denah rumah aku emang ancur berat, malah disalahin. Harusnya ya Bapak menyuruhnya begini… buatlah denah rumah kalian masing-masing dengan instalasi listrik yang benar! Ckckck, si Bapak mah gajebo banget deh perintahnya. (Hihihi, ngejatuhin dua kali ya, Pak. Piss.)
Pokoknya hari kedua belajar sama Pak Iwan, aku ancur berat. Saking ancurnya membuatku kepikiran bahkan saat mengendarai motorpun jadi tak konsentrasi (untung tak terjadi kecelakaan macam-macam, Alhamdulillah). Apesnya, hampir saja pas pulang ke rumah aku kena tilang Pak Polisi gara-gara nerobos lampu merah. Konyolnya lagi, aku malah berhenti satu meter keleawtan lampu merah, terus karena takut ditilang motornya aku berhentiin dan dipundurin ke belakang deh biar sejajar sama lampu merah. Nanggung banget ya? Sebenarnya sih sudah dipelototin sama Pak Polisinya juga sih dari balik posnya, untungnya Pak Polisinya lagi ketiban males mungkin, jadinya dia tetap leye-leye didalam posnya dan ogah menilang aku. Yuhuuu!!!
Esoknya hari kamis, saatnya bertemu lagi dengan Pak Iwan. Malesin deh, soalnya otakku loading terus nih. Tapi tetep, keinginanku untuk mahir dalam bidang ini tidak surut. Tapi ya itu dia, saat menyetorkan belitan kabel aneka gaya ke Pak Iwan, aku mendadak putus asa, makanya suka bilang gini,”Gimana, Pak? Pasti Salah ya?” saking putus asanya.
Tapi kayaknya Pak Iwan mungkin nyadar kali ya kalau aku lagi didera tingkat ketidakpercayaandiri yang akut, makanya dia berubah manis waktu aku tanya begitu,”Enggak kok, belitan kabelnya bagus. Hebat kamu, Nur!” Oalah Bapak, bikin melayang deh. Hehe, lebay.
Sejak saat itu, meskipun aku sering minder jika harus menyetorkan pekerjaanku sama Pak Iwan, aku tak seputus asa dulu dan kinerja otakku mulai meningkat seiring bertambahnya waktu. Yuhuuu!!!
Lalu tibalah saatnya pembagian kelompok. Kami berenam belas inipun terbagi dalam 4 kelompok. Para perempuan yang berjumlah tiga orang inipun dimasukan dalam satu kelompok, gak dicampurbaurkan sama peserta cowok gitu, alasannya biar para cewek bisa bereksplorasi sebebas mungkin. Kan kalau digabungin sama cowok mah suka malu-malu gitu kan, yang kemudian ditakutkan akan terjadi kekurangmahiran dalam per-instalasi-an listrik ini. Bener deh Beib, teori Pak Iwan ini benernya seratus persen. Salut, Pak. Prok prok prok.
Tiap kelompok kemudian diberi satu toolbox peralatan, KWH meter, MBC, dan Kotak Sekering. Yah kalau masalah lampu, kabel, tusuk kontak, kotak kontak, dan lain-lain mah menyusul sesuai keperluan. Latihan pertama yaitu cara memasang lampu tanpa saklar, jadi langsung dari Sekeringnya, kalau sekeringnya dimatikan, ikutan mati tuh lampu, kalau dihidupkan ya ikutan hiduplah.
Dari mulai latihan ini nih, kepercayaan diriku mulai naik dan naik. Malah tingkat kemahiranku bisa disejajarkan dalam 5 sampai 3 besar peserta pelatihan listrik ini yang kompeten. Keren kan. Tiap hari, mau yang jadi instrukturnya itu Pak Agung atau Pak Iwan, tak ada masalah sedikitpun. Aku mah ayo ayo saja. Toh dari kedua instruktur ini, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi kok. Pak Agung yang teori banget dan Pak Iwan yang praktek abis. Kumplit pan tuh. Ya meskipun diawal-awal aku sudah males berat sama gaya mengajar Pak Iwan yang membuat otakku loading berat, toh aku tak membuatnya sebagai alasan untuk berputus asa dalam mengeruk ilmunya. Emang sih obrolan Pak Iwan itu akan langsung dimengerti oleh otak yang kapasitasnya sama-sama pinter kayak dia, lah kalau otaknya Pentium satu kayak aku dulu mah tetep… loading lama dulu.
Makanya camkan ya Kawan! Ujian terberat dalam kehidupan itu ujian bangkit dari kegagalan. Lah kalau diawal-awal aku ngedrop abis dan gak bisa bangkit akibat kelemotanku menyerap ilmu kelistrikan ini, mana mungkin sih aku akan semahir ini sekarang. Aheuyy!!
Pokoknya gak nyesel deh ikutan pelatihan instalasi listrik ini. Aku jadi mahir merangkai aneka rangkaian listrik seperti rangkaian silang, tukar, hubungan gelap, dan lain-lain lho. Malahan kelompok para cowok tuh (kelompok 2 sama kelompok 4) yang sering tanya-tanya ke aku dan kelompokku (kelompok 1). Yah kalau kelompok 3 mah diketuai sama Nuryanto sih, Mas Palsu dari Cilacap ini emang paling jago diantara kita. Malahan kelompok aku sering banget nanya ke dia. Hahaha.
Tak terasa deh tanggal 6 Oktober sudah di depan mata, saatnya berpisah. Duh, kok sedih banget yah. Sumpeh deh, detik-detik menjelang acara penutupan instalasi listrik berbasis kompetensi ini berhasil membuat hatiku hampa berat. Yang biasanya berangkat pagi-pagi, terus main sama aliran listrik, nelanjangin kabel-kabel, muter-muterin baut, berekpresi dengan rangkaian-rangkaan listrik, duh… entar mah kagak bakalan ada lagi. Teman-teman yang aku kenal disinipun, yang awalnya kagak saling tahu satu sama lain (meskipun ada yang berasal dari satu almamater juga), yang selalu berbagi tawa setiap hari, berbagi kesetrum setiap saat, entar mah kagak bakalan ketemu lagi. Rasanya nyesek banget perpisahan ini. L Lupa sudah alasan iming-iming uang yang membuat mataku ijo saat itu. Yang jelas aku ingin mengikuti pelatihan listrik ini lebih lama lagi. Sumpah deh, aku masih ingin bersama kalian, Sob!

Kangen rasanya mencabik-cabik hatiku. Juga aku kangen sama Pak instruktur yang sabarnya ampun-ampunan menghadapi kelemotan otak kami dan kecerewatan Mbak Nunung dalam bertanya (haha, piss ah). Sayangnys, pas acara perpisahan kedua instruktur tercinta gak kelihatan batang idungnya. Huhuhu. Mereka berdua sedang ikutan lomba instruktur pelatihan listrik se-Jawa Barat di Bandung. Wah Pak, gimana Pak, menang kagak? Hehe.
Sungguh, mengikuti kegiatan pelatihan ini menambah warna yang indah ditengah aku sedang stress stressnya membuat skripsi. Eh apa kabar skripsiku? Alhamdulillah, sekarang aku sudah bergelar sarjana lho. Tentunya pelatihan listrik selama satu bulan yang tentunya menyita banyak waktu dan perhatian, tak membuat aktifitasku membuat skripsi jadi keteteran. Emang, satu kegiatan gak boleh deh dijadiin alasan untuk menelantarkan kegiatan yang lain. Alahhh, kok jadi kagak nyambung begini sih? Yang jelas… I MISS YOU SO MUCH PELATIHAN INSTALASI LISTRIK.
Untuk mengobati kekangenan, aku mempekerjakan rodi temanku untuk membuat video keren ini. Look and like ya!!!