Ikutan pelatihan ini, sebenarnya tak pernah terlintas sedikitpun
dalam kepala. Lah mau kepikiran bagaimana, mendengar ada pelatihan seperti ini
juga baru dengar dari Rizky, teman sekelasku di kampus. Ceritanya ya waktu itu
menjelang detik-detik uji komprehensif di kampus (ciee.. detik-detik menjelang
jadi sarjana gitu lho), namun dikarenakan administrasi aku bermasalah jadi ya…
bukannya fokus membolak-balik ilmu yang telah dipelajari selama dibangku
perkuliahan, aku malah ngendon di kampus untuk memantau sejauh mana
perkembangan masalah administrasi yang melilit mahasiswa imut ini. soalnya
kalau masalah administrasi ini tak rebes, aku terancam tak bisa mengikuti ujian
komprehensif dan gelar sarjanaku ditangguhkan sampai tahun depan. L Oh No, aku kan ingin cepat-cepat lulus. Banyak banget target yang
mesti dikejar dengan gelar sarjana ini gitu lho. Wehehehe.
Iya ceritanya lagi dikampus, lagi so’ so’ an nongkronglah diruang
BEM. Abisnya mau nongkrong dimana lagi? Di kantin? Uaduhh, boke tenan
kantongku. Hehe. Lagi nongkrong gitu kan, eh ada si Rizky yang kelihatan lagi
sibuk banget. Sebagai mahasiswa yang ramah, aku sapa deh ex. Ketua BEM ini,
“Hei Ky, sibuk bener nih.”
“Iya nih, biasa lagi ngurus administrasi dulu. Bermasalah emh,
padahal kan bentar lagi mau ujian komprehensif.”
Jhahaha, senasib ternyata kita.
“Eh Nur, kamu mau ikutan pelatihan listrik gak?”
Tertarik banget dong, secara beberapa bulan ke depan aku bakalan nganggur
terus di rumah. Iya sih acara nganggur ini seharusnya diisi dengan pengerjaan
skripsi. Lah masa iya tiap pagi, siang, sore, dan malam harus ku habiskan di
depan laptop terus ngerjain skripsi. Alamak, belum selesai ini skripsi, otak
sudah pecah duluan. Jenuh tingkat dewa, Mbah Bro.
“Tenang, pelatihannya entar Juli kok. Masih lama lah, sekarang kan
baru april. Tertarik gak? Lumayan Nur, selain dapat ilmu, kita juga bakalan
dapat uang duduk.”
Dasar matre, mata ini langsung hijau begitu mendengar kata uang.
“Wah, tertarik dong, Ky. Persyaratannya apaan saja tuh?”
“Fotocopy ijazah SMA, foto, sama fotocopy ktp. Kalau kamu berminat,
tuh serahin persyaratannya sama Bu Ela.”
“Kebetulan banget Ky, aku lagi bawa semua persyaratannya. Langsung
ke Bu Ela-in saja ya.”
“Huhh.”
Sejak saat itu, resmilah aku jadi calon anggota pelatihan instalasi
listrik. Parahnya aku gak tahu siapa yang mengadakan pelatihan ini dan dimana
pelatihannya akan diadakan. Parahnya lagi ternyata waktu pelatihan yang diprediksikan
saat bulan ramadhan, malah ngaret total ke bulan September. Hadeuhhh,,, Tapi
tak apalah, kan motivasi mengikuti pelatihan ini selain dapat uang duduk
tentunya, aku juga ingin menambah pengetahuan dan keterampilan
sebuanyak-buanyaknya dalam rangka mempersiapkan diri untuk mendaftar jadi guru
rimba. Yeheee…
Dikarenakan pelatihan ini ngaret ke bulan September, teman cewek
sekelas dikampus akhirnya mengundurkan diri karena dia disibukan dengan
kegiatan mengajar di MI. Dikira si Rizky bakalan ikutan pelatihan, kan dia yang
ngajakin aku, eh eh ternyata dia hanya sembarang ngajak orang saja. Sialan, aku
jadinya tak ada teman sekelas saat mengikuti pelatihan ini. Setelah
disearching- searching, ternyata dari
kampusku hanya mengutus empat mahasiswa saja. Tiga mahasiswa dari semester
tiga, dan satunya lagi dari semester delapan, selebihnya dari kalangan umum.
Bagus ya Ky, sekarang aku tersesat ditengah-tengah orang yang gak dikenal
gara-gara kamu.
Sebelum ikutan pelatihan, aku galau juga sih memikirkan apakah aku
bisa bersosialisasi dengan orang asing secepat mungkin? Kan aku pengidap
introvert tuh, ditambah dalam pelatihan yang jumlahnya hanya 16 peserta saja,
hanya ada tiga orang peserta cewek. Ditambah lagi mitos yang entah darimana
rimbanya mengatakan, kalau ada tiga orang, bisa dipastikan satu orang bakalan
tersisihkan. Oh my God, jadi sudah diramalkan nih aku yang bakalan tersisih?
Menyedihkannya… Tapi bukan Nur Puspita namanya dong, kalau urusan sesepele ini
akan membuat langkahnya mundur. Ciyeee… J
Tgl 3 September 2015
Sebenarnya tanggal pelatihan instalasi listrik ini akan
dilaksanakan tanggal 6 September sampai 6 Oktober 2015, tapi kok anehnya baru
juga tanggal 3 sudah disuruh datang ke Disnaker sih? Oisshhh, lupa aku
memberitahukan, pelatihan ini akan diadakan di Gedung Dinas Tenaga Kerja
Cijeungjing Ciamis lho, letaknya juga kagak jauh dari kampus tercinta. Ternyata
kami berenam belas disuruh ke tempat pelatihan untuk melakukan pembukaan acara
doang sama kepala dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Ciamis.
Diagendakan acara pembukaan pelatihan listrik ini pukul 8, tapi
setelah ditimbang-timbang jam karet orang Indonesia, aku berhipotesis berat
kalau acara ini bakalan ngaret. Maka datang deh aku ke tempat pelatihan pukul
setengah sembilan. Dikarenakan datangnya telat, kursi yang kosong ada
dibelakang doang. Terpaksa deh aku duduk di belakang, sendirian pula gak ada
yang ngajak ngobrol. Mau basa-basi sama peserta yang duduk di sebelah, eh
dianya lagi sibuk sama smartphone. Mau ikut-ikutan so’ sibuk sama smartphone,
alangkah malangnya ponsel aku ketinggalan di rumah. Resmi berat aku jadi alien
deh saat itu. Ditambah dua peserta cewek yang notabene berasal dari satu
rumpun, asyik merumpi pelajaran dikampus, hilang nian kesempatanku basa-basi
sama mereka. Oh God !!!
Nyebelinnya nih acara pembukaan ngaret abis sampai jam sebelas
siang, gak kira-kira banget kan? Ckckckck, kapan dong kebiasaan jam karet orang
Indonesia ini menghilang dari peradaban? Lah mau hilang bagaimana, tiap saat
selalu dilestraikan kok.
Sudah deh, tinggalin ke-bete-anku menunggu acara pembukaan yang
belum juga dibuka. Setengah jam kemudian, baru deh salah satu cewek dibarisan
depan ngajak aku ngobrol sebelum pantat ini benar-benar akaran bin lumutan.
Syukurlah. Syukuran kedua, acara pembukaan yang berlangsung efektif (lupain
kengaretannya ya), para peserta dipersilakan pulang ke rumah masing-masing.
Yuhuu,, kirain langsung diadain pertemuan pelatihan.
Oh iya.. ini nih nama para peserta yang ikutan pelatihan instalasi
listrik ini..
v Agri
|
v Nuryanto
|
v Egi
|
v Nur Puspitasari
|
v Rian
|
v Nunung
|
v Masturrahman
|
v Wulan
|
v Abudi Misaka
|
v Irsan
|
v Slamet
|
v Nurkholis
|
v Irfan Hilmi
|
v Mr. X
|
v Saeful Uyun
|
v Udin
|
7 September- 6 Oktober 2015
The real pelatihan instalasi listrik berbasis kompetensi ini
kemudian dilaksanakan tanggal 8 september, pas hari senin. Pak instruktur yang
bertugas mengajari kami tuh bernama Pak Agung. Beuh, mendengar penuturan materi
dasar ke-listrikan darinya ngerti banget lho. Salut deh sama gaya
pembelajaraannya. Tapi makin kesini kok otakku makin kudet sih? Bayangkan,
disaat peserta lain sudah punya tahu ilmu listrik dasar. Lah aku mah SUTET saja
belum tahu. Mau nanya ke Wulan, tengsin abis. Duh bagaimana bisa aku menguasai
dan kompeten didalam per-instalasi-an listrik, kalau SUTET saja tidak tahu.
Ditambah niat ingin jadi peserta yang paling mahirpun, sepertinya hanya akan
menjadi angan-angan belaka deh. hiks hiks. Tapi lagi-lagi, putus asa bukan
pasionku. Semangat Nur, cayooo!!!
Berita dari Pak Agung yang membuatku sedih setengah mati adalah
untuk sisa minggu ini katanya Pak Agung tak bisa masuk dikarenakan harus
mengikuti seminar di Bandung, sedangkan pelatihan listrik ini akan
di-instruktur-i oleh Pak Iwan. Oalah Pak, pelajaran dari bapak saja otak ini
masih loading, apalagi kalau beda instruktur. Duhh, berat banget deh keinginan
untuk mahir dan kompeten dibidang ini. Hiks hiks. L
Esoknya, benar saja pelatihan listrik yang baru berumur sehari ini
sudah ganti instruktur (emang ada dua keles, intruktur yang ditunjuk dalam
pelatihan listrik kali ini. hehe). Namanya Pak Iwan (maaf Pak, nama panjangnya
muridmu ini lupa. Piss ya, Pak) . Gaya pembelajaran Pak Iwan pokoknya beda
banget dari Pak Agung. Eueuhhh,,, bete deh. Basic Pak Iwan yang pernah menjadi
guru di SMA membuat arah pembelajaran instalasi listrik ini membosankan banget.
Secara tidak langsung, Pak Iwan menyuruh kami untuk berpikir dan belajar
menemukan ilmu yang terselip dalam omongannya. Oalah Pak, mau disuruh mikir
gimana otak ini, otak aku kan masih blank banget sama urusan perlistrikan!
Intinya aku bete bangetlah diajar sama Pak Iwan. Ingin deh aku
protes sama dia,”Pak ini kan pelatihan, kami dibimbing untuk tahu dong.
Bukannya disuruh menemukan ilmu itu secara otodidak. Hello, ini bukan sekolah
atau perkuliahan, Pak. Waktunya limited edition juga, hanya sebulan. Mending
kalau kita disekolahan, paling cepet kan kita belajar selama tiga tahun. Ini
mah sebulan Pak, sebulan.”
Kirain aku saja yang bete sama gaya belajar dia, ternyata peserta
yang lain juga bete lho pemirsa. Hahaha, maaf Pak muridmu ini kali kali lah
jelek-jelekin Bapak ya! Maafin ya!
Terus gaya mengajarnya yang lebih banyak praktek, membuat otakku
makin shock. Belum juga tahu masalah per-kabel-an, ehh.. ini mah langsung
disuruh bulat-belit kabel. Omigott, stress aku. Otakku yang masih nge-hang
inipun sepertinya berpengaruh abis sama kecepatan tangan. Disaat peserta lain
sudah berhasil mengupas dua kabel dan membentuknya menjadi ekor babi, lah
tangan aku mah masih kesusahan buat mengupas satu kabel juga. Melihat
teman-teman yang lain sudah sukses dengan ekor babinya, panas dong hati ini. Mau
dicepetin nih proses pengupasan kabel pakai tang potong malah berujung kawatnya
yang sudah susah-susah ditelanjangin, malah kepotong beneran. Apes sangat dah.
Esoknya hari rabu tanggal 9 september sepertinya tak lebih bagus
dari hari kemarin. Kan kemarin tuh kami dikasih PR untuk menggambar denah
instalasi rumah masing-masing. Aku gambar tuh denah instalasi rumahku yang
aslinya emang acak-acak (Sialan tuh yang masang instalasi listrik rumah aku,
kacau banget!). Namanya juga baru belajar ya, belum tahulah cara-cara bikin
denah instalasi rumah yang baik dan benar. Lah mau bisa tahu caranya bagaimana,
Pak Iwan yang praktek-er banget mana ngasih tahu. Kita hanya dikasih lihat
gambarnya saja, gak pakai dijelasin. Langsung dikasih PR dan esoknya langsung
dikoreksi sama dia.
Bodohnya aku yang gak searching dulu di google bagaimana cara
membuat denah instalasi yang benar, membuat denah instalasi listrik rumahku
benar benar kacau. Alhasil saat dikoreksi Pak Iwan, denah rumahku yang paling
ancur.
“Denah apaan ini, Nur?”
“Denah rumah saya, Pak?”
“Kok kayak gini? Salah ini! Terus dimana letak saklar seri sama
paralelnya?”
Oalah Bapak, boro-boro bisa menjelaskan dimana letak saklar
serinya, menjelaskan apa perbedaan saklar seri dan saklar paralelpun muridmu
ini tak mampu. Urgh!
“Memang begitu Pak, denah instalasi listrik rumah saya. Emang ancur
banget,” akuku malu-malu, “makanya dengan mengikuti pelatihan instalasi listrik
ini, saya ingin memperbaiki instalasi listrik di rumah saya, Pak.”
Emang salah ya kalau aku menjawab seperti itu, kok Pak Iwan malah
menimpali begini,”Lho kok? Bapak kan ingin kamu membuat denah instalasi listrik
rumah kamu yang bener, bukan yang acak-acakan begini.”
Oalah Bapak,,, terus kenapa kemarin Bapak nyuruhnya menggambar
denah instalasi listrik rumah masing-masing? Sudah dikasih the real denah rumah
aku emang ancur berat, malah disalahin. Harusnya ya Bapak menyuruhnya begini…
buatlah denah rumah kalian masing-masing dengan instalasi listrik yang benar!
Ckckck, si Bapak mah gajebo banget deh perintahnya. (Hihihi, ngejatuhin dua
kali ya, Pak. Piss.)
Pokoknya hari kedua belajar sama Pak Iwan, aku ancur berat. Saking
ancurnya membuatku kepikiran bahkan saat mengendarai motorpun jadi tak
konsentrasi (untung tak terjadi kecelakaan macam-macam, Alhamdulillah). Apesnya,
hampir saja pas pulang ke rumah aku kena tilang Pak Polisi gara-gara nerobos
lampu merah. Konyolnya lagi, aku malah berhenti satu meter keleawtan lampu
merah, terus karena takut ditilang motornya aku berhentiin dan dipundurin ke
belakang deh biar sejajar sama lampu merah. Nanggung banget ya? Sebenarnya sih sudah
dipelototin sama Pak Polisinya juga sih dari balik posnya, untungnya Pak
Polisinya lagi ketiban males mungkin, jadinya dia tetap leye-leye didalam
posnya dan ogah menilang aku. Yuhuuu!!!
Esoknya hari kamis, saatnya bertemu lagi dengan Pak Iwan. Malesin
deh, soalnya otakku loading terus nih. Tapi tetep, keinginanku untuk mahir
dalam bidang ini tidak surut. Tapi ya itu dia, saat menyetorkan belitan kabel
aneka gaya ke Pak Iwan, aku mendadak putus asa, makanya suka bilang
gini,”Gimana, Pak? Pasti Salah ya?” saking putus asanya.
Tapi kayaknya Pak Iwan mungkin nyadar kali ya kalau aku lagi didera
tingkat ketidakpercayaandiri yang akut, makanya dia berubah manis waktu aku
tanya begitu,”Enggak kok, belitan kabelnya bagus. Hebat kamu, Nur!” Oalah
Bapak, bikin melayang deh. Hehe, lebay.
Sejak saat itu, meskipun aku sering minder jika harus menyetorkan
pekerjaanku sama Pak Iwan, aku tak seputus asa dulu dan kinerja otakku mulai
meningkat seiring bertambahnya waktu. Yuhuuu!!!
Lalu tibalah
saatnya pembagian kelompok. Kami berenam belas inipun terbagi dalam 4 kelompok.
Para perempuan yang berjumlah tiga orang inipun dimasukan dalam satu kelompok,
gak dicampurbaurkan sama peserta cowok gitu, alasannya biar para cewek bisa
bereksplorasi sebebas mungkin. Kan kalau digabungin sama cowok mah suka
malu-malu gitu kan, yang kemudian ditakutkan akan terjadi kekurangmahiran dalam
per-instalasi-an listrik ini. Bener deh Beib, teori Pak Iwan ini benernya
seratus persen. Salut, Pak. Prok prok prok.
Tiap kelompok kemudian diberi satu toolbox peralatan, KWH meter,
MBC, dan Kotak Sekering. Yah kalau masalah lampu, kabel, tusuk kontak, kotak
kontak, dan lain-lain mah menyusul sesuai keperluan. Latihan pertama yaitu cara
memasang lampu tanpa saklar, jadi langsung dari Sekeringnya, kalau sekeringnya
dimatikan, ikutan mati tuh lampu, kalau dihidupkan ya ikutan hiduplah.
Dari mulai
latihan ini nih, kepercayaan diriku mulai naik dan naik. Malah tingkat kemahiranku
bisa disejajarkan dalam 5 sampai 3 besar peserta pelatihan listrik ini yang
kompeten. Keren kan. Tiap hari, mau yang jadi instrukturnya itu Pak Agung atau
Pak Iwan, tak ada masalah sedikitpun. Aku mah ayo ayo saja. Toh dari kedua
instruktur ini, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan yang saling
melengkapi kok. Pak Agung yang teori banget dan Pak Iwan yang praktek abis.
Kumplit pan tuh. Ya meskipun diawal-awal aku sudah males berat sama gaya
mengajar Pak Iwan yang membuat otakku loading berat, toh aku tak membuatnya
sebagai alasan untuk berputus asa dalam mengeruk ilmunya. Emang sih obrolan Pak
Iwan itu akan langsung dimengerti oleh otak yang kapasitasnya sama-sama pinter
kayak dia, lah kalau otaknya Pentium satu kayak aku dulu mah tetep… loading
lama dulu.
Makanya camkan ya Kawan! Ujian terberat dalam kehidupan itu ujian
bangkit dari kegagalan. Lah kalau diawal-awal aku ngedrop abis dan gak bisa
bangkit akibat kelemotanku menyerap ilmu kelistrikan ini, mana mungkin sih aku
akan semahir ini sekarang. Aheuyy!!
Pokoknya gak nyesel deh ikutan pelatihan instalasi listrik ini. Aku
jadi mahir merangkai aneka rangkaian listrik seperti rangkaian silang, tukar,
hubungan gelap, dan lain-lain lho. Malahan kelompok para cowok tuh (kelompok 2
sama kelompok 4) yang sering tanya-tanya ke aku dan kelompokku (kelompok 1).
Yah kalau kelompok 3 mah diketuai sama Nuryanto sih, Mas Palsu dari Cilacap ini
emang paling jago diantara kita. Malahan kelompok aku sering banget nanya ke
dia. Hahaha.
Tak terasa deh tanggal 6 Oktober sudah di depan mata, saatnya
berpisah. Duh, kok sedih banget yah. Sumpeh deh, detik-detik menjelang acara
penutupan instalasi listrik berbasis kompetensi ini berhasil membuat hatiku
hampa berat. Yang biasanya berangkat pagi-pagi, terus main sama aliran listrik,
nelanjangin kabel-kabel, muter-muterin baut, berekpresi dengan
rangkaian-rangkaan listrik, duh… entar mah kagak bakalan ada lagi. Teman-teman
yang aku kenal disinipun, yang awalnya kagak saling tahu satu sama lain
(meskipun ada yang berasal dari satu almamater juga), yang selalu berbagi tawa
setiap hari, berbagi kesetrum setiap saat, entar mah kagak bakalan ketemu lagi.
Rasanya nyesek banget perpisahan ini. L Lupa sudah alasan iming-iming uang yang membuat mataku ijo saat
itu. Yang jelas aku ingin mengikuti pelatihan listrik ini lebih lama lagi.
Sumpah deh, aku masih ingin bersama kalian, Sob!
Kangen rasanya mencabik-cabik hatiku. Juga aku kangen sama Pak
instruktur yang sabarnya ampun-ampunan menghadapi kelemotan otak kami dan
kecerewatan Mbak Nunung dalam bertanya (haha, piss ah). Sayangnys, pas acara
perpisahan kedua instruktur tercinta gak kelihatan batang idungnya. Huhuhu.
Mereka berdua sedang ikutan lomba instruktur pelatihan listrik se-Jawa Barat di
Bandung. Wah Pak, gimana Pak, menang kagak? Hehe.
Sungguh, mengikuti kegiatan pelatihan ini menambah warna yang indah
ditengah aku sedang stress stressnya membuat skripsi. Eh apa kabar skripsiku?
Alhamdulillah, sekarang aku sudah bergelar sarjana lho. Tentunya pelatihan
listrik selama satu bulan yang tentunya menyita banyak waktu dan perhatian, tak
membuat aktifitasku membuat skripsi jadi keteteran. Emang, satu kegiatan gak
boleh deh dijadiin alasan untuk menelantarkan kegiatan yang lain. Alahhh, kok
jadi kagak nyambung begini sih? Yang jelas… I MISS YOU SO MUCH PELATIHAN
INSTALASI LISTRIK.
Untuk mengobati kekangenan, aku mempekerjakan rodi temanku untuk
membuat video keren ini. Look and like ya!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar mendukung darimu sangat aku tunggu!!