Membidik
jurusan PGMI/PGSD, kampusku mah total banget deh mempersiapkan mahasiswanya
menjadi the real wali kelas sejati. Selain dibekali ilmu pengetahun macam-macam
tentunya, kami juga dibekali kemahiran dalam membina pramuka. Berdasarkan peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan No 63 tahun 2014 tentang pendidikan
kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan
pendidikan
menengah, tentunya kemampuan dalam membina ekstrakurikuler di sekolah sangat
diperlukan toh?
Jadi dalam agenda perkuliahan, pasti deh pihak kampus mengagendakan
kegiatan KMD yang bekerja sama dengan KWARCAB CIAMIS. Sebenarnya sih kerja sama
pihak kampusku sama kwarcab itu mudah abis lho, abisnya beberapa dosen yang
mengajar di kampusku merangkap juga menjadi anggota kwarcab.
Lalu angkatan aku ini kapankah diagendakan mengikuti KMD Pramuka?
Jawabannya yaitu saat semester 3 (disaat angkatan lain mah pas
semester 5). Hehe, enak banget kan? Jadinya entar menjelang detik-detik
pengerjaan skripsi, otak gak banyak pikiran sana-sini. Yuhuuu!!! Enaknya lagi,
tempat yang akan digunakan untuk pelatihan KMD ini adalah di Kodim Ciamis. Asli
enak banget, kan semester-semester pendahulu mah pelatihan KMD-nya di Buper
Majaprana yang terkenal adem adem mistis gitu. Hiyyy. Di Kodim mah sudah gak
usah ribet-ribet bikin tenda, tempat menginap dipetakan di rumah-rumah yang
tersedia di Kodim, fasilitas mesjid dan wc-nya oke tenan, ditambah kalau kita
sedang menerima materi terus ujan mendadak gitu, tetangga tentaranya pada
baik-bak mengamankan jemuran pakaian kita. Alamak, I Love You Para Penghuni
Kodim.
Makanya pelatihan KMD Pramuka selama lima hari inipun terasa
mengalir begitu saja untukku. Maklumlah, aku kan anak pesantren. Hidup
berdempet-dempetan dengan manusia lain dalam satu ruangan mah sudah biasa,
kayak diruangan kobong saja waktu di pondok. Kirain teman-teman yang lain juga
merasakan kebetahan yang ku rasakan, ternyata mereka merasakan waktu pelatihan
yang hanya 5 hari ini terasa 5 bulan saking gak betahnya. Aha, ternyata aku
bisa survive dengan cepat. J
Oh iya, pelatihan KMD ini dilaksanakan pada bulan Februari Tahun
2012, hanya saja aku lupa tanggalnya (maklum sudah 3 tahun berlalu yee). Oh iya
lagi, KMD itu singkatan dari Kursus Mahir Dasar. Nantinya para peserta yang
sudah dibekali berbagai ilmu selama KMD ini, harus mengabdikan dirinya untuk
membina Pramuka disuatu sekolah, kemudian membuat laporan RTL (rencana tindak
lanjut), kemudian dapat sertifikat pengakuan deh kalau kita adalah Pembina
Pramuka yang syah dan legal. Ajip bener kan?
Sebelum menerima berbagai pengarahan dan materi, sebagai panduan
kamipun diberi sebuah buku dengan judul Buku Serahan Kursus Pembina Pramuka
Mahir Tingkat Dasar (KMD) SK KWARNAS No.200/2011 (bukunya rada-rada jadul
ya? 2011? Harusnya 2012 kali Boss, tapi yang penting mah isinya ya? He ). Buku
ini benar-benar buku panduan ketika lupa (kini dan nanti- lho apa
maksudnya?), soalnya isin kumplit banget dahhh.
Selain diberi cara-cara menjadi Pembina pramuka yang baik, para
peserta KMD pun dibekali dengan berbagai lagu-lagu lucu khas pramuka. Dari
sekian banyak lagu yang diajarkan, aku suka banget sama lagu ini lho…
Si Dogol
Si Dogol, masuk
pramuka
Si Dogol, jadi
pramuka
Naik gunung,
turun gunung
jalan licin,
Dogol jatuh
Si Dogol jatuh
oh mama!
Lagu inipun makin berkesan saat semeseter 7, aku ditempatkan KKN di
kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis. Seakan tak mau kalah dengan nama
kecamatannya, desa yang dijadikan lokasi KKN-ku pun bernama Desa Cidolog.
Makanya saat melatih pramuka di SD setempat, dan saat kebetulan
sedang memberikan sebuah lagu pramuka penyemangat berjudul Si Dogol, batok
kepalaku kemudian iseng ingin merubah liriknya jadi begini.
Ci dolog
Ci dolog, masuk
pramuka
Ci dolog, jadi
pramuka
Naik gunung,
turun gunung
jalan licin, Dolog
jatuh
Ci dolog jatuh
oh mama!
Buat para pecinta pramuka yang tahu sama lagu ini, sepertinya akan
merasakan kelucuan yang juga ku rasakan. Tapi buat para manusia yang tak
terlalu menyukai pramuka dan baru pertama kali mendengar lagu ini, rasa lucu
dari sisi manapun sepertinya tak akan menyentuh hatinya. Cailah… Makin
ngelantur nih sepertinya, marilah kita tinggalkan cerita Si Dogol or Ci Dolog.
Hari pertama, kedua, dan ketiga KMD Pramuka di Kodim kami lalui
dengan aman, sejahtera dan sentosa. Rutinitas sehari-haripun seperti olahraga
pagi, rutinitas pagi (mandi, makan, nyuci baju), menyimak berbagai materi, dan
lucu-lucuan bersama teman berjalan dengan aman.
Namun malam keempat, aroma-aroma drama mulai tercium tuh. Tak ada
angin, tak ada hujan, tiba-tiba area Kodim yang biasanya dihuni segelintir
tentara di malam hari, waktu itu penuh sesak oleh tentara lengkap dengan
senjatanya. Sebenarnya sih bakalan diprediksikan kejadian seperti ini, tapi pas
kejadian langsung mah hati tetap ketar-ketir takut juga. Kami dibentak-bentak
gitu deh, katanya kami tak punya izin tinggal di Kodim-lah, dan berujung diusir
dari Kodim malam itu juga sekitar pukul sepuluh malam. so sweet ya! Untung saja
kantor kwarcab tinggal nyebrang jalan saja dari Kodim, jadinya aksi lari
pontang-panting kami tak begitu menyita tenaga.
Tak menyita tenaga katamu?
Sesampainya di aula kwarcab, lagi-lagi kami di usir. Katanya aula
kwarcab tak muat untuk menampung kami semua. Jadi intinya, dari semua drama ini
berujung kami para peserta mengadakan jurit malam dengan membawa ponco hujan,
bahan makanan dan peralatan seperlunya.
Perjalanan malampun dimulai dan arah perjalanan dipastikan menuju
daerah Kertasari (tak jauh dari kantor kwarcab). Dari awal pelatihan kan kita
kita dibagi dalam beberapa kelompok tuh, jadi perjalanan malam inipun dibagi
dalam beberapa kelompok, meskipun tiap kelompok jaraknya berdekatan. Namanya
juga tengah malam ya, di perjalanan banyak banget yang ganjil. Mulai dari
semilir aroma melati, penampakan makhluk-makhluk jahil, dan lain sebagainya
(aku nulis cerita ini gepas banget malam jum’at lho. Jadi kerasa banget
horornya.)
Namun ada yang membuatku rada-rada keki sih. Teman sekelompokku,
Yanti, berkeras membawa ranselnya dalam perjalanan mala mini. Alhasil deh,
anggota kelompokku yang lain malah nitip barang macam-macam ke ranselnya.
Banyak barang, berarti semakin banyak beban dong. Yanti yang berperawakan
tinggi tegap, di tengah perjalanan dia kepayahan juga membawa tas ranselnya.
Tuh kana pa aku bilang, sudah dilarang bawa ransel malah ngeyel. Jadinya banyak
barang titipan kan, eh orang yang nitip barang disuruh giliran bawa ranselnya
Yanti mah pada ogah semua. Payah ah!
Takut melihat Yanti jatuh pingsan akibat kepayahan, ditambah
mukanya sudah pucat pasi abis (apa jangan-jangan dia kembarannya…) aku yang
notabene bertubuh pendekpun bersedia membawa ranselnya Yanti. Eh aku emang
nitip apaan ya ke ranselnya Yanti? Perasaan gak nitip apa-apa deh.. (Hahaha)
Begitu ku sampirkan ranselnya ke bahu… ADUBIUNG!!! BERAT AMAT,
CYINN!!! Pantesan Yanti kelihatan mau pingsan bawa ransel ini. Tapi tak apalah,
beberapa kilo meterpun ku lalui membawa ransel seberat mammoth ini. Untung saja
di kelompokku dihuni seorang ibu-ibu berkeibu-ibuan (kan banyak banget tuh
sekarang mah ibu-ibu yang childish abis), melihat aku kesusahan, dia kemudian
meminta ransel yang ku bawa untuk digendongnya. Oalah, Bu Enok baik bener dah! Melihat
postur tubuh Bu Enok yang tinggi gede, membuat dia terlihat gagah banget
membawa ranselnya Yanti. Wehehehe.
Setelah keliling sana-sini sampai nyasar juga ke tempat yang banyak
rumpun bambu, kami akhirnya tiba di tempat yang agak lapang. Syukurlah,
akhirnya badan ini bisa beristirahat juga. Disana kami disuruh untuk membuat
tenda dadakan dengan ponco hujan atau jas hujan. Sebelum tangan sibuk menyimpul
tali sana-sini, isu tak jelas kemudian menyebar dari mulut ke mulut.
“Eiii, katanya di sekitar sini ada pemakaman lho.”
Mendengar isu ini, kontan dong kami (terutama para cewek) langsung
panic abis. Takut kalau daerah yang mereka gunakan untuk mendirikan tenda
bersebelahan dengan TKP yang tak diinginkan. Tapi karena badan sudah capek,
bodo amat deh sama isu tak jelas. Kelompok kamipun mulai membuat tenda di daerah
yang agak terpencil dari tenda orang-orang, biar acara tidur-tidurannya nyaman
gitu lho.
Dalam sekejap tenda dadakanpun tercipta, lumayanlah melindungi kami
dari gerimis kecil malam itu. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, beratap
bintang-bintang kecil di langit, mata kami mulai terkantuk-kantuk dan terlelap
dengan nyamannya.
Busyet dah baru tidur beberapa jam, pukul setengah empat kami
dibangunkan panitia. Disuruh menggusur tenda dadakan yang baru didirikan
beberapa jam lalu dan pulang kembali ke aula kwarcab. Bikin capek banget ya
agenda KMD ini? Hahaha. Tapi pengalaman seperti ini toh yang tak akan pernah
terlupakan seumur hidup. Dari acara drama bikin capek ini pula kami diajarkan
untuk mencari jalan keluar dari setiap masalah yang datang dan berusaha membuat
tawa dari setiap duka. Asyekk!
Oh iya setelah kelompok kami membongkar tendanya, samar-samar mata
kami menangkap batu-batu putih terpancang rapi di dekat tenda kami. OMIGOT!!!
Jadi tadi kami tidur didekat…. Alah masa bodoh lah sama kejadian yang sudah
berlalu, untung kami tahunya pas sudah merasakan tidur nyaman berkualitas, coba
kalau kami sekelompok tahu fakta mengerikan ini sebelum tertidur? Alamak,
jangankan tidur di tenda, buat duduk-duduk manispun rasanya ogah. Pastinya kami
jerit-jerit lebay gitu, parno sama ketakutan yang dibuat-buat batok kepala
masing-masing.
Sesampainya di aula kwarcab, rutinitas kamipun berjalan seperti
biasa, hanya beda tempat saja. Tapi sungguh lho, enakan pelatihan KMD pas di
Kodim, fasilitasnya oke-oke. Hemhhh…
Sore hari terakhir, pelatihan KMD diisi dengan acara permainan.
Sayangnya kelompokku saat pelatihan (maksudnya ada kelompok untuk berbagi
tempat tidur, terus ada kelompok saat pemberian materi berlangsung) diketuai
sama orang yang gila menang. Bukannya beneran jadi pemenang, kita para anggota
malah tertekan toh, jadinya ya kita gak jadi pemenang dari semua permainan.
Hohoho.
Nah malam harinya tuh yang lucu abis. Sebelum diadakan api unggun,
seperti biasa kan kita menerima materi pelatihan KMD. Kebetulan tuh malam
terakhir ini didatangi oleh seorang Kakak Pramuka yang ku lupa namanya.
Kebetulan yang kedua, dia katanya bisa menghipnotis. Kebetulan yang ketiga, dia
mau menghipnotis kami semua dengan cara…
“Baiklah Kakak Kakak semua, disini Kakak ingin membuat kalian semua
nyaman. Sekarang baringkan tubuh kalian! Cari tempat yang enak dan tak jauh
dari tempat duduk. Sudah?”
“SUDAH!”
“Bagus! Kemudian tutup mata Kakak Kakak, rasakan kantuk yang dalam
mulai menyerang mata. Makin dalam, makin
dalam, makin dalam, dan tertidur.”
Saat memejamkan mata dan saat si Kakak ini sedang berbicara
perkataan di atas, benakku malah ngomong begini,”wah baik banget nih si Kakak,
tahu saja kalau kita kita nih kecapaian berat. Baiklah Nur, ayo tertidur! Ayo
tertidur! Ayo tertidur!” (untuk obrolan hati terakhir, aku mengatakannya sambil
dinyanyiin biar makin semangat tidurnya. Hahaha)
Ternyata ajakan si Kakak ini hanya tawar gatra saja.
Beberapa detik kemudian, dia menyuruh kita untuk terbangun kembali. Ngenesin
ya? Tapi toh aku mah tak merasakan ngenes sedikitpun karena saat itu aku malah
tertidur pulas disaat teman—teman yang lain sudah duduk rapi lagi. Aduh,
malu-maluin deh.
Entah aku beneran kehipnotis, atau badan emang lagi kecapekan
berat, yang jelas bukan hanya aku saja yang berhasi di hipnotis. Banyak
juga lho yang kena, malah lebih parah. Aku mah tidurnya hanya setengah jam-an
(mungkin), peserta yang lain mah ada yang tidur sampai acara pemberian materi
selesai. Ckckckck, parah nih si Jahe (Jago Hees).
Sisa malam itu kemudian kami habiskan dengan salam-salaman.
Terakhir dipenghujung malam, ada acara kejutan ulang tahun salah satu mahasiswa
yang menjabat sebagai dosen plus petinggi kwarcab. Asyik, makan kue malam-malam
dong. Lumayan, pengganjal perut!
Esok harinya, sebelum acara ini benar-benar diakhiri, aku mendapat
kabar duka. Jadi gini ya ceritanya, temanku kan beberapa hari yang lalu
sepatunya rusak tuh. Terus dia minjam sepatu deh sama aku. Kasihan juga sih,
masa dia mesti telanjang kaki, aku kasih pinjam deh sepatu cadanganku. Dipakai
siang malam membuat sepatuku rusak juga (kayanya sih yang bermasalah bukan
sepatunya deh, tapi kakinya tuh orang). Ternyata Yanti juga mengalami hal yang
sama. Sepatunya yang dipinjamkan ke dia juga rusak (tuh kan bener dugaanku).
Keki dong, soalnya sepatu cadangan itu satu-satunya sepatuku yang
layak untuk ku pakai ke kampus dikemudian hari, malah rusak. Pengen minta ganti
deh, kagak full juga boleh lah (kan sepatunya juga pernah ku pakai), eh eh…
boro-boro diberi uang ganti rugi, minta maafpun dia lewat orang lain. Ish ish
ish, kayaknya dia mesti lebih lama deh ikutan pelatihan KMD ini. Ngenes
kuadrat, kirain orang ini hanya bawa satu sepatu, eh ternyata dia juga bawa
sepatu cadangan. Lah ngapain dia minjem sepatu orang kalau dianya juga punya
sepatu yak, sampai rusak pula? Pokoknya, adegan ini jangan ditiru banget deh,
Sob! Gak terpuji abis.
Tapi masih mending aku hanya kebobolan satu sepatu, teman di
kelompok lain mah ada yang kebobolan uang, dalam jumlah yang lumayan pula.
Beuh, disaat-saat seperti ini, sang punya tangan jahil masih saja sempat
beraksi. Ya sudahlah, di KMD ini selain kita diberi materi kepemimpinan untuk
menjadi Pembina pramuka, hiburan-hiburan, canda tawa siang-malam bersama teman,
kita juga dikasih bahan untuk membuat hati ini merelakan, sabar, dan ikhlas.
(Lho kok ikhlas disebut-sebut yak? Berarti gak ikhlas dong! Ahhh, biarkan amal
ini hanya aku dan Tuhan lah yang tahu) Meskipun begitu, keseruanku selama
mengikuti KMD ingin aku bagi-bagikan kepada kalian semua… YEYYY!!!