Kamis, 23 Oktober 2014

SEDEKAH YUK SEDEKAH !



Sebenarnya ada banyak alasan yang membuat umat islam bangga pada identitasnya. Umat islam punya banyak senjata dibandingkan dengan umat lain. Umat islam punya shalat, yang bagaimanapun keadaan kita, mau lagi susah ataupun senang, lagi rajin beribadah ataupun lagi rajin- rajinnya bikin dosa, shalat adalah jalan keluar terbaik untuk semua masalah. Lalu umat islam juga punya doa. Sok, buat kamu yang punya keluh kesah apapun, curahkan lewat doa- doa! Insya Allah, Allah akan menjawab semua doamu. Hanya ya… jawaban doa itu ya macam- macam. Ada yang langsung terijabah saat itu juga, ada juga dikredit tuh ijabah doanya.
Masih belum bangga menyandang status muslim? Masih merasa biasa- biasa aja jadi orang islam? Nih… ada satu hal lagi yang patut sang muslim berbangga atas statusnya yaitu… SEDEKAH. Gak percaya?
Bagi kamu yang mau kaya? Coba deh sedekah, karena sedekah itu bukannya mengurangi harta kamu, tapi melipatgandakan harta kamu lho. Coba deh tengok suroh Al-Baqarah ayat 261: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Terus bagi kamu para pelajar yang ingin berotak encer? Coba deh perbanyak sedekah, Karena diberi ketajaman pikiran itu termasuk dari rezeki lho. Lalu kalau kamu ingin selamat dari marabahaya? Sedekah, sedekah, sedekahlah jawabannya. Tidak percaya? Simak deh hikayat ini:

Ada seekor burung elang datang kepada Nabi Sulaiman As. Dan melaporkan bahwa dia beranak diatas pohon milik si Fulan dan si Fulan malah mengambil anak- anaknya. Lalu Nabi Sulaiman As memanggil pemilik pohon itu dan melarangnya melakukan hal itu lagi.
Setelah pemilik pohon itu pergi, Nabi Sulaiman As memanggil dua syetan dan memerintahkan kepada mereka jika pada tahun yang akan datang si Fulan mengambil anak- anak burung elang ini lagi, maka ambillah si Fulan, potong tubuhnya menjadi dua dan lemparkanlah sebagian tubuhnya ke timur dan sebagian tubuhnya yang lain ke barat. Dua syetan itupun mengangguk.
Lalu datanglah tahun berikutnya. Ternyata si Fulan lupa akan janjinya kepada Nabi Sulaiman As dan dia kembali memanjat pohonnya untuk mengambil anak- anak burung. Tapi sebelum dia memanjat pohon, dia telah bersedekah sepotong roti. Dan seperti biasa, dia kembali mengambil anak- anak burung itu.
Mengetahui anak- anaknya telah diambil si pemilik pohon, burung elangpun kembali melapor kepada Nabi Sulaiman As atas perilaku si pemilik pohon yang kembali mengambil anak- anaknya.
Lalu Nabi Sulaiman As memanggil dan memarahi dua syetan yang dia perintahkan untuk menjaga anak- anak burung itu dan menanyakan perihal kenapa mereka tidak melakukan tugasnya untuk menangkap si Fulan dan memotong tubuhnya serta melemparkan tubuhnya ke timur dan ke barat.
Kedua syetan itu menjawab,”Wahai Kafillah Allah, sesunggunya ketika si pemilik pohon itu akan memanjat pohonnya, kami sudah bermaksud untuk menangkapnya. Akan tetapi, dia sudah menyedekahkan sepotong roti kepada seorang muslim, sehingga Allah mengutus kepadanya dua malaikat yang menangkap kami masing- masing. Dia melemparkan saya ketimur, dan melemparkan kawan saya ke barat. Dan maksud buruk kami mencelakai sipemilik pohon ini ditolaknya karena berkah dia bersedekah.”

Subhanallah ya! Kita tak pernah membayangkan uang seribu yang kita sedekahkan pada pengemis tua dijalan akan menjadi tameng yang menjaga kita dari bahaya yang mengintai. So, perbanyak lagi sedekahnya, Sob. Karena sedekah itu gak bakalan buat kita rugi. Buktinya banyak faidahnya kan? Tapi ingat ya, biar berfaidah sedekahnya harus dengan hati yang ikhlas. Salam sedekah, Sob!

BERHARGANYA WAKTU




 Alwaqtu kasysyaifii, waktu itu seperti pedang. Jika kita mampu menggunakannya maka waktu akan melindungi kita, tapi jika kita tak bisa menggunakannya maka waktu akan menjadi pedang yang membunuhmu. Ungkapan diatas tidak ada hubungannya sama sekali dengan belajar main pedang lho, alasannya semoga aja keahlian bermain pedang membuatku mampu menggunakan waktu yang sebaik- baiknya. Oh no, itu pemikiran yang sangat melenceng.
Lalu apa maksunya waktu diibaratkan pedang begitu? Maksudnya kita harus menggunakan waktu dengan hal- hal yang berguna seperti beribadaah, mencari ilmu, berbakti pada orang tua, sekolah yang rajin, baca Al quran, mengerjakan PR, de el el. Silakan kamu isi de el el-nya dengan kegiatan baik lainnya versi kamu, Sob!
Lalu waktu yang bisa membunuh itu yang bagaimana sih? Ekstrimnya sih jika waktu kamu digunakan untuk bergaul dengan anak- anak berandalan, terjerumus pergaulan yang salah, merokok, nyicip narkoba, sekaligus minum arak. Hadeuh.. tinggal tunggu ajalmu deh. Meski ajal sudah ada suratan takdirnya, tapi perbuatan tadi manjur mengundang ajal datang lebih cepat. Percaya gak percaya pokoknya harus percaya Sob, daripada nyoba terus......
Seteledor bagaimanapun kita mempergunakan waktu, syetan gak akan pernah merasa puas. Dia selalu bergantayangan karena penasaran ingin ngajak kamu mengikuti jejaknya. Syetan gak pernah putus asa. Dia selalu optimis mengejar semua obsesinya sampai dapat, sampai hal terkecilpun dia kejar. Ya salah satunya dengan membuat kamu lengah Sob, bersenang- senang dan melewatkan waktu yang berharga menjadi sia- sia belaka.
Hayo, siapa yang suka ngumpul dikantin sekolah sambil ngegosipin orang? Atau facebook-an terus hingga berjam- jam dan lupa bikin PR? Atau keasyikan main game di mall hingga lupa belajar, lupa bantuin mama di rumah, hingga lupa shalat? Ckckck. Benar- benar membahacutkan.
Sungguh, sangat disayangkan jika kita memubadzirkan waktu karena sadar atau gak sadar, waktu itu merayap makin cepat. Gak percaya? Tanya deh sama orang- orang lawas alias tua, pasti mereka sering mengeluhkan begini,”Tak terasa ya sudah hari jumat lagi.” Atau “Aduh, sudah hari senin lagi, harus ngantor lagi nih.” Kalau dipikir- pikir, kenapa sih kok mereka (termasuk kit) sering banget mengeluhkan hal begituan? Jawabannya, karena waktu dihari yang lalu tak secepat waktu dihari sekarang. Percaya?
Percaya gak percaya, Harun Yahya yang seorang cendekiawan muslim pernah mengulas bukti ilmiah bahwa telah terjadi peningkatan Resonansi Schuman. Yang awalnya diukur pada skala 7,8 hertz tahun 1950, ditahun 1980 telah terukur diatas 11 hertz. Belum ada penelitian yang bisa menjelaskan frekuensi dalam Resonansi Schuman mengalami kenaikan. Haha, bingung ya apaan sih Resonansi Schuman itu? Penasaran? Tanyakan sama guru disekolahmu dong! Atau tanya Mbah Google aja deh. Sengaja gak dikasih tahu nih ceritanya, biar kamu ada usahanya sedikit untuk memperluas wawasan kamu. Intinya biar kamu makin penasaran deh.
Lalu  ilmuwan NASA- pun berkata bahwa waktu rotasi bumi ternyata sudah berubah lebih cepat sepersekian ribu detik. Tepatnya 1.26 milidetik . Subhanallah. Dan tahukah? Ternyata fenomena ini adalah tanda- tanda kiamat makin dekat seperti sabda Rasulullah sekitar 14 abad yang lalu.
”Hari Kiamat tak akan datang kecuali waktu semakin singkat. Penyingkatan ini terjadi sedemikian cara seperti satu tahun yang berlalu seperti sebulan, dan sebulan yang berlalu seperti seminggu, dan seminggu berlalu seperti satu hari dan satu hari yang berlalu seperti satu jam dan satu jam yang berlalu seperti secepat kilat,” (Tirmidhi, Zuhd: 24, 2333).
Kalau guruku sih, KH. Otong Hasan, mengibaratkannya begini,” waktu berjalan dimuka bumi ini seperti sedang mengelilingi sebuah kerucut. Masih tetap satu putaran, tapi makin lama putarannya makin mengecil.” Maksudnya satu hari memang tetap 24 jam, tapi makin kesini 24 jam itu makin terasa sebentar.
Subhanallah ya, Sob. Betapa kita harus pintar- pintar mengatur waktu karena lali sedikit saja waktu sudah berlari teramat jauh meninggalkan kita. Ya, semoga fenomena ini menyadarkan langkah kita dan mampu menuntun kejalan yang dridhoi Allah. Amin ya Rabbal Allamin.


BELUKAR SAHABAT




Manusia adalah makhluk sosial, maka mereka membutuhkan orang lain untuk hidup.

Ah, fakta diatas ternyata sangat membekas dalam hidupku. Jadinya dimanapun kaki berpijak, kemanapun langkah ini tertuju, aku selalu terobsesi untuk mempunyai teman, apalagi teman dekat. Karena aku selalu merasa aku bukanlah aku jika aku berdiri sendiri. Kehadiran seorang teman selalu member kekuatan tersendiri dan tentunya member warna yang indah dalam perjalanan hidupku.
Sayangnya aku adalah orang yang berwatak introvert. Aku susah membuka diri, susah mengobralkan ekspresiku, apalagi dilingkungan yang baru. Alhasil, aku selalu kesulitan mendapat  teman, apalagi teman dekat. Jadinya orang yang bisa aku mencurahkan isi hatiku dan mengekspresikan perasaanku padanya, itu artinya orang itu telah aku cap sebagai teman dekat. Mendapat teman yang mengerti aku luar dalam, plus menerima semua kekurangan dan kelebihanku adalah hal yang sangat sulit ku lakukan. Sungguh.
Mungkin sudah takdirnya saja kami akan menjadi teman dekat. Saat aku masuk disebuah pesantren di ciamis, aku sudah merasakan bahwa kami bagai kutub utara dan kutub selatan yang selalu tarik menarik jika berdekatan. Intinya kami sudah menemukan kecocokan saat pertama bertemu. Padahal aku baru saja memasuki lingkungan baru, aku juga berwatak tertutup, tapi dalam waktu relative dekat aku sudah mempunyai teman, teman dekat lagi? Sungguh luar biasa.
Aku semakin bersyukur karena teman dekatku adalah orang yang sangat baik, perhatian, gak itungan, pendengar yang baik, dan…. pokoknya dia orang baik sejati deh.
Hari demi hari kemudian menjadikan kami populer sebagai sahabat yang tak terpisahkan. Dimanapun ada dia, akupun ada disana. Dan dimana ada aku, diapun selalu ada disampingku. Rasanya mempunyai teman seperti itu bagaikan ketiban anugrah.
Hari demi haripun kami lalui dengan kisah persahabatan yang tulus. Kami saling mengerti satu sama lain. Julukan bak Lem dan Perangko melekat erat pada kami.
Namun hari demi hari selanjutnya akhirnya membuat dia jenuh. Mungkin karena kami kelamaan bersama atau karena kedekatan kami yang berlebihan ini membuat dia mengalami kejenuhan padaku.
Awalnya dia sangatlah manis bak ibu peri, tapi kini dia menjelma jadi sesosok teman yang selalu menikam ulu hatiku, baik dari depan maupun dari belakang. Aku hamper tak percaya bahwa sahabat yang selalu agungkan, kini berlaku sedemikian jahat padaku. Mending kalau dia melampiaskan kejenuhannya itu disaat kami sedang berdua saja. Parahnya kini dia sering menjatuhkanku dihadapan orang lain, membunuh karakterku, dan mematikan mood-ku didepan mereka. Mungkin perlakuannya ini adalah bentuk kejenuhannya padaku karena kedekatan kami yang berlebihan, tapi sungguh aku kecewa.
Setelah menangis berhari- hari dan mengutuknya dalam diam, akhirnya aku memutuskan untuk tak akan menganggapnya sahabat lagi. Buat apa aku terus menganggapnya sahabat? Toh dia selalu menyakitiku, pikirku. Dan aku juga berjanji akan membalas semua perlakuannya yang menyakitkan.
Hari demi hari berikutnya kami masih tetap hidup bersama. Bedanya dari tatap mata kami menguar kebencian yang terpendam. Disetiap kesempatan, aku selalu berusaha menjatuhkan dia, terutama dihadapan orang banyak. Dan baru aku sadari bahwa watak asli ex.sahabatku adalah watak yang ia tunjukan kini, bukan watak yang ia tunjukan kemarin- kemarin. Cemennya aku sama sekali tak berani mengungkapkan benci yang ku rasa ini langsung ke mukanya.
Hari demi hari selanjutnya, akhirnya membuatku sadar bahwa rasa benci yang aku pelihara ini tak ada gunanya sedikitpun. Dan aku juga sadar bahwa bahwa aku tak perlu membalas semua perlakuan menyakitkannya. Aku juga tak perlu memusingkan kenapa dia tak semanis dulu lagi? Kenapa dia jadi pribadi yang berbeda kini? Kenapa dia selalu menyakitiku? Karena kini aku memahami bahwa aku hanya perlu menghilangkan dendam, kembali ke pribadiku yang dulu, yang memahaminya, dan bersikap sewajarnya padanya dan aku akan tenang dan sabar menghadapinya.
Kini akupun tak memusingkan semua tindakan kasarnya padaku, karena yang berhak membalas semua perbuatan, baik atau buruk perbuatan itu, adalah Allah semata. Allah tak pernah tidur dan Allah sangatlah teliti. Kebaikan sekecil dan sesamar apapun takan luput dari perhatian-Nya. Dia akan membalas kebaikan berkali- kali lipat dan dari manapun itu datangnya.
Kesimpulan ini akhirnya menghancurkan dendamku dan membulatkan tekadku untuk tetap mengistimewakan sahabatku, meski kini dia tak lagi mengistimewakan aku.

Ayo Mencari Ilmu




Thalabul ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin wal muslimat.
Mencari ilmu wajib bagi kaum muslimin dan muslimat.
Thalabul ilmi faridhatun minal mahdi ilal lahdi.
Mencari ilmu wajib bagi dari buaian sampai liang lahat.
Dari kedua hadist diatas bias disimpulkan bahwa mencari ilmu itu wajib hukumnya. Tak memandang dia anak orang kaya, anak pejabat, anak rakyat, sampai anak tukang pijatpun selama dia masih bernapas, maka keharusan mencari ilmu nasih melekat ditiap langkahnya.
Belajar tak selamanya harus dilingkungan formal, juga sekolah elit nan mahal, tapi belajar itu bias dilakukan dimana saja kok. Selama kita mau membuka mata, hati dan telinga, ilmu yang Allah hamparkan dimuka bumi inipun akan kita ketahui.
Contohnya untuk belajar berorganisasi, tak perlu jauh- jauh kita mempelajarinya dari tokoh dunia seperti Henry Fayol. Tengok saja diri kita sendiri, tubuh kita sendiri! Tubuh ini sarat akan ilmu yang harus kita gali sedalam- dalamnya.
Kita tengok, mana organ tubuh kita yang kita anggap paling fatal fungsinya, paling berpengaruh, pokoknya paling segalanya deh. Mau otak, telinga, mata, hidung, mulut, paru- paru, jantung sampai lambung pun boleh. Pokoknya  pilih satu!
Sebagian orang berfikir, mungkin otak yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia karena otaklah yang mengepalai system pergerakan sendi- sendi tubuh manusia, yang berpikir dan yang mencerna informasi. Tapi bagaimana otak bias memproses informasi, sedangkan informasi itu didapat dari mata yang melihat dan telinga yang mendengar. Lalu bagaimana otak bias menyampaikan informasi kalau otak tercipta tak bias berbicara. Disinilah otak membutuhkan fungsi mulut untuk menyampaikan.
Ilmu berorganisasi yang kita dapat dari tubuh kita, kita jangan sok jago! Jangan mentang- mentang posisi kita paling berpengaruh dalam sebuah organisasi, kita bias belagu pada orang lain dan mengaku diri paling penting.  Karena kita itu takan bias berdiri sendiri tanpa ada orang lain, setidak bergunanya orang itu pasti kita akan membutuhkannya. Kita itu ibarat hurup yang takan membentuk sebuah kata dan memberikan makna tanpa didampingi dengan hurup- hurup yang lain. Betul kan?
Lalu jika Allah menciptakan otak dengan segala potensi, kenapa Allah menciptakan kuku? Apa fungsi si kuku dalam system organisasi tubuh kita? Penting gak sih kuku harus ikut serta dalam system keorganisasian tubuh kita yang maha luar biasa? Eits, jangan salah! Tak ada ciptaan Allah yang sia- sia dimuka bumi ini, semua ada manfaatnya. Begitupun dengan kuku. Meski fungsinya tidak sefatal otak, tapi kuku bias digunakan untuk menggaruk, makan, dijadikan lading bisnis, bahkan membunuh.
Hayo! Mempelajari secuil ilmu organisasi dari tubuh kita saja sudah membahas kemana- mana. Apalagi kalau kita lebih jauh mempelajari lebih jauh seluk beluk tubuh kita, baik dari susunan organ- organ tubuh yang letaknya sangat tepat, system pernafasan, susunan tulang dan persendian, system pencernaan, system peredaran darah, bentuk tubuhnya yang sempurna, pokoknya luar biasa deh tubuh kita ini.
Makanya tak ada alas an yang mematiakn sekalipun untuk dijadikan dasar agar kita berhenti mencari ilmu. Alasannya dari mulai malas, gak ada biaya bagi orang yang miskin, sampai anak orang kaya yang mentang- mentang sudah ditakdirkan menjadi ahli waris yang kekayaannya tak akan habis dipakai oleh anak cucu tujuh turunanpun, semuanya wajib mencari ilmu. Titik.
Lalu muncul lagi nih alasan, ah… buat apa belajar juga kalau kita gak pintar- pintar, percuma. Eits!! Mulai sekarang tepis alasan ini jauh- jauh karena Allah tidak mewajibkan umatnya untuk pintar, tapi Allah mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Adapun hasil akhir dari perjalanan kita mencari ilmu, itu tergantung proses yang kita lalui. Malas atau rajin!
Jika malas, siap- siaplah kita terpuruk dalam kebodohan. Otak yang Allah ciptakan dengan super kecerdasan yang belum ada tandingan dengan alat modern sekalipun ini akan semakin tumpul karena tak pernah digunakan untuk berpikir. Beda ceritanya kalau kita rajin mencari ilmu. Meski otak kita sudah tumpul karena kemarin- kemarin otak kita nganggur terus dari aktifitas berpikir, tapi kalau terus kita asah masa sih gak tumpul terus. Seperti pepatah Sunda: cikaracak ninggang batu, lila- lila jadi legok ! tuh, batu aja yang kerasnya minta ampun bisa berlubang oleh air yang setitik. Kuncinya Cuma satu !! tekun dan lama.
Siap menjadi pejuang mencari ilmu?? Pastinya orang yang kebanyakan ilmu gak akan susah membawanya kemana- mana, beda banget sama orang yang kebanyakan harta benda. Gerak kesana, ingat harta takut dicuri orang. Terus kalau hartanya dicuri?? Apa yang bisa diandalkan?? Maknya carilah ilmu sebanyak- banyaknya meski sampai ke negeri cina.
Utlubul ‘ilma walau bissin !!