Minggu, 24 Mei 2015

Ibu- Ibu Gaul Cooiii



Aku tidak tahu kapan mama terjangkit syndrome ini. Tapi yang jelas, makin hari syndrome yang menjangkit mama makin parah. Bahkan sepertinya, ibu- ibu dikampungku juga terkena syndrome serupa.
Yeah, mama sedang keracunan televisi. No, mama bukan tak ada kerjaan ngunyah- ngunyah TV dan menderita keracunan. Tapi acara yang ditampilkan di TV itu lho, yang membuat  mulut mama seakan tak bosan menceracaukan acara TV yang bahkan lupa tak dia tonton. Itu lho acara dangdut yang sedang in nongol tiap malam dilayar kaca.
Pernah pagi- pagi sepulang memberi makan ayam, mama masuk ke rumah sambil mengkumatkan lagi penyakitnya.
“Aduh semalam siapa ya yang tereliminasi? Mama ketiduran nih..”
Atau,”Ega semalam nangis lho gara- gara kritik juri-nya pedes banget kayak cabai.”
Meskipun jaraaang banget melihat siaran TV yang selalu dibusakan mama tiap waktu, tapi aku selalu mengetahui perkembangan acaranya sejauh mana. Ya itu tadi, mama yang selalu mengupdatenya padaku, meski sebenarnya aku sudah agak muak mendengarnya. Mungkin karena berbeda selera musik dengan mama, acara yang selalu mama pantengin tak terlalu menarik minatku. Yeah, meskipun tak suka, sekali dua kali bolehlah dicocok paksa, tapi jika sehari bisa sepuluh kali? Waduh, tobat nih kuping.
Tahu aku tak terlalu meresponnya, sengaja atau tak sengaja mama suka mencari teman untuk memperparah syndrome yang dia derita. Contohnya seperti pagi- pagi setelah piket membersihkan mesjid, dari balik jendela kamar ku dengar mama sedang mengobrolkan acara itu dengan empat tetangga sekaligus, yang notabene mempunyai suara 4 oktaf. Duh baru juga pagi- pagi, sudah ingin menyumpal kuping oleh bantal.
Pernah sehabis tadarus Al quran selepas shalat magrib, mama menghidupkan TV dan begitu histeris saat idolanya sudah tampil tiga menit sebelum dia menghidupkan TV.
“Aduh, kok Reza sudah main sih? Padahal dari sebelum magrib sudah nungguin dia tampil. Malah kelewat, sebel sebel sebel.”
Duh, lama- lama sepertinya acara ini mesti diingatkan deh. Soalnya keseringan memulai acaranya nanggung banget, setengah jam sebelum adzan magrib, atau sejam sebelumnya. Jadinya kan umat islam Indonesia yang kebetulan fans berat acara ini, terkadang tidak khusyuk shalat magribnya gara- gara takut terlewat penampilan sang idola, atau memperpendek tadarus atau mengaji pasca shalat magrib, bahkan yang lebih ektrem menyenggol shalat magrib dan menjamaknya ke shalat isya. Ckckck.
Lain mama, lain kakak perempuanku. Tiap malam, layaknya pengajian rutin, dia selalu memelototi sinetron india diacara TV sebelah yang tak kalah ngehitsnya dibanding acara dangdutan. Namun kakak perempuanku lebih mending sih, dia tak pernah mengupdatekannya padaku setiap sinetronnya selesai tayang. Setidaknya kupingku masih bisa bernapas lega dari sinetron India. Tapi saat berbelanja dipasar… aku mendengar para pedagang disana sedang mendiskusikan acara india itu dengan seluruh keriuhrendahannya. 11 12 dengan mama.
Dilihat- lihat sepertinya dikalangan ibu- ibu, fenoma acara dangdut dan sinetron india jadi tolak ukur kegaulan seseorang. Semakin tahu rangkaian acara dangdut itu sampai ke detail- detailnya, semakin gaullah dia. Tapi semakin sering diam ketika mendiskusikan sinetron India saat berbelanja di warung, bisa dipastikan dia bakalan dicap ibu- ibu yang lain sebagai ibu- ibu gak gaul banget.
Well, well, peran televisi di Indonesia kini sedang gencar- gencarnya memikat hati masyarakat. Berbagai acara menarikpun ditampilkan. Tapi sebaiknya sih, sesuka apapun sama acara TV yang ditayangkan, kita harus punya filter yang kuat untuk menerima mana tontonan yang baik, dan mana tontonan yang buruk. jangan sampai menonton acara TV yang tujuan awalnya adalah sebagai hiburan, justru membuat kita lalai dalam mengerjakan kewajiban, terutama kewajiban kita beribadah kepada Allah swt. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar mendukung darimu sangat aku tunggu!!