Sabtu, 27 Februari 2016

KETIKA KUASA ALLAH DI ATAS SEGALANYA


Sejatinya manusia selalu dirundung bingung, karena hidup itu penuh dengan pilihan. Yang paling membuat hidup manusia makin bingung, kehidupan tak pernah memberikan pilihan tunggal, yang jika memilih pilihan A maka perkaranya selesai sampai disitu saja. Tidak. Tapi kehidupan selalu memberi pilihan yang berkesinmbungan atau saling berhubungan.
Misalnya jika kita memilih hidup sesuai tuntutan agama islam daripada hidup sesuai tuntutan zaman yang makin edan. Maka saat kita kepepet, kita harus mempertahankan prinsip yang telah kita pilih. Harus jujur meski akibatnya sangat menyakitkan, memilih menyampaikan amanah meski itu sangat berat, memilih mengeluarkan zakat meski kantong kita sedang memerlukan biaya tambahan.
Dan tuntutan dari semua pilihan yaitu konsisten atau istiqomah dalam mengambil pilihan. Hal ini agaknya merupakan praktek paling susah untuk dikerjakan manusia. Karena terkadang situasi dan kondisi bisa membuat kita tergelincir dalam memilih, sehingga kita semakin jauh dengan prinsip yang kita yakini. Dan ini menandakan bahwa tiadalah daya upaya manusia untuk berkehendak.
Sifat manusia yang lemah dan tak berdaya ini harusnya menjadi baharenungan untuk kita. Bahwasekeras appun berusaha, menentukan target, dan membuat peta perjalanan hidup tapi jika Allah tak menentukan? Tak aka nada rencana yang akan terlaksana.
Kita juga sering menjumpai akhir ayat dalam beberapa surat dalam Al Quran, Wallahu ‘ala kulli saiing qodiir, hanya Allah lah yang berkuasa atas semua perkara. Letak firman ini selalu ditempatkan diakhir ayat memberikan kita sebuah renungan bahwa sematang apapun rencana kita, sebulat apapun tekad kita, maka pada akhirnya kuasa Allah-lah yang berbicara.
Allah berkuasa pada semua hal. Ini adalah realita yang mutlak, artinya Allah berkuasa tak hanya pada sesuatu yang mungkin saja, tapi pada sesuatu yang mustahilpun kuasa-Nya takan terhalang oleh apapun.
Aku jadi teringat guruku yang pernah bercerita tentang manusia paling tinggi sedunia. Cerita ini diambil dari kitab Durratun Nasihin. Alkisah pada zaman Nabi Nuh as. Ada seorang manusia bernama Aod. Dia adalah manusia paling tinggi dalam sejarah manusia. Bayangkan saja, jika Aod berdiri ditengah laut paling dalam sedunia, maka air lautnya hanya sebatas pertengahan betisnya saja. Bisa kamu bayangkan panjang hidungnya berapa kilometer?
Sayangnya, meski Allah telah memberikan peringkat sebagai manusia paling tinggi padanya, Aod tidak beriman kepada Allah dan tidak mempercaya ajaran yang dibawa Nabi Nuh. Allah selalu menciptakan tubuh manusia dengan bentuk yang sesempurna mungkin. Jika tubuhnya pendek, maka ukuran tubuhnya yang lainpun disesuaikan dengannya. Begitupun dengan Aod, karena tinggi badannya yang menjulang, maka ukuran perutnyapun sangat besar disesuaikan dengan ukuran tinggi badannya. Inilah inti permasalahannya. Selama hidupnya, meski sebanyak apapun makanan yang Aod makan, dia tak pernah merasa kenyang.
Alkisah saat Nabi Nuh akan membuat perahu untuk menyelamatkan diri dari adzab yang akan Allah timpakan pada qaumnya yang ingkar, Nabi Nuh meminta bantuan Aod untuk membuat perahu. Aod menyanggupi permintaan Nabi Nuh dengan syarat Aod ingin diberi makanan yang mampu mengenyangkan perutnya. Nabi Nuh pun menyanggupinya.
Lalu mulailah Aod bekerja membuat perahu. Dia mulai mencabut pepohonan dari hutan segampang kita mencabuti rumput liar dihalaman sampai akarnya. Ketika membelah kayupun menjadi lembaran papan yang tipis, dia tak memerlukan gergaji, ibarat daging ayam, dia hanya perlu menyuir- nyuir dengan tangannya. Subhanallah.
Perahu permintaan Nuh pun akhirnya selesai. Sebagai imblannya, Nabi Nuh member Aod sepotong roti dari dalam sakunya. Dan ternyata untuk pertama kalinya, Aod merasa kenyang dengan memakan sepotong roti itu. Subhanallah.
Betapa mustahilnya hal ini bila dilihat dari kacamata akal kita. Manusia paling tinggi sedunia baru merasakan kenyang setelah memakan sepotong roti yang diambil dari saku baju, bila dibayangkan mungkin roti itu tak lebih besar dari seekor ayam. Allahu a’lam. Dan disinilah kehendak Allah kembali dipertontonkan untuk membuat kita merenung.
Makanya sudah saatnya kita yang berhati angkuh, yang merasa mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, yang merasa diri sudah mandiri, menyerahkan hati, hidup dan takdir kita pada kuasa Allah. Bukan berarti hari- hari kita diisi dengan berpangku tangan, menunggu takdir Allah menjemput kita, bukan. Tapi kita harus selalu bertawakal padanya, berserah diri setelah melakukan usaha kita ktika melakukan ikhtiar. Ingatlah Allah takan merubah nasib suatu kaum, kecuali atas usaha kaum itu sendiri. Tapi ingatlah, ketika kita berhasil mencapai semua cita- cita yang kita inginkan, kita tak boleh mempunyai rasa sombong karena diatas langit pasti ada langit. Wallahu ‘ala kulli syaiing qodiir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar mendukung darimu sangat aku tunggu!!