Sabtu, 27 Februari 2016

Lucunya Fenomena Punya Poni

 
Layaknya Agnes Monica yang selalu sukses menyedot perhatian masyarakat Indonesia dengan gaya rambutnya yang selalu in, akupun begitu. Ya meskipun berstatus sebagai santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Barat dan dalam kesehariannya selalu memakai jilbab, tapi untuk masalah gaya rambut. Beuh, aku selalu memberi perhatian lebih akan hal ini. Entah ya, rasanya aku gatal sekali melihat tampilanku dicermin dengan gaya rambut yang sama lebih dari enam bulan. Rambut  pajang sedikit, langsung ku potong dengan gaya berbeda. Lumayanlah ada  semangat baru tiap kali habis potong rambut. Anehnya, setiap kali habis potong rambut, santri putri yang lain seperti kebakaran jenggot dan mupeng sekali ingin memotong rambutnya juga. Untungnya mereka tak mupeng pengen motong rambut orang, bisa ribet nanti urusannya. Selanjutnya? Bisa ditebak deh, santri putri langsung potong rambut masal. Beneran ini mah.
Suatu hari, rasa bosan kembali menyelimutiku? Suntuk menjalani rutinitas yang berulang dari hari ke hari membuatku sangat bosan, apalagi saat bercermin dan melihat wajah yang kusam ini. Disaat seperti ini? Ide untuk memotong rambutpun kembali terlintas dalam pikiran. Tapi…. Sepertinya rambutku masih terlalu pendek dan membuatku tak leluasa berganti gaya rambut. Ingin pergi kesalon langgananpun yang saat itu masih bertarif sepuluh ribu rasanya berat sekali. Yups, sebenarnya isi sakuku sih yang keberatan. Akhir bulan cyinn, saku lagi sekarat sekaratnya. Buat jajan juga sangat pas- pasan, apalagi untuk pergi ke salon?
Satu hal yang membuat keinginan potong rambutku terhambat adalah karena Teh Sofy, santri putri yang mahir memainkan gunting diatas rambut (yang menyediakan jasa potong rambut gratis dikalangan santri putri) sedang pulang kampung. Alamak, bagaimana hasrat potong rambut ini tersalurkan?
Tapi bukan aku dong kalau harus kehabisan ide untuk masalah sepele ini. segera ku ambil sisir dan cermin. Dan… sambil bercermin, ku potong rambut bagian depan sehingga membentuk sebuah poni yang… membuat wajahku semakin manis. Sungguh aksi coba- coba ini berakhir sukses. Poniku kembali menyedot perhatian dikalangan santri putri. Sebenarnya sih poniku tidak bagus- bagus amat, namun wajah ovalku mendukung poni hasil aksi coba- coba ini bak buah karya peƱata rambut sekelas Hollywood.
Tak menunggu beberapa jam, santri putri berbondong- bondong menyampaikan keinginannya untuk memiliki poni sepertiku. Karena Teh Sofy nya tak ada, mereka malah balik memaksaku untuk menggunting poni mereka. Salah satu dari mereka yang gencar sekali memaksaku adalah Teh Ana, padahal berkali- kali aku menolak karena takut hasilnya takan sebagus pekerjaan pertama yang murni dipengaruhi factor lucky. Tapi karena dipaksa terus, akhirnya akupun mau memotong poni Teh Ana. Dan sepulang mengaji dhuhur, aksi percobaan inipun terlaksana didepan santri putri yang penasaran ingin melihat unjuk kebolehanku.
Segera ku sisir rambut depan Teh Ana, dan sret sret… guntingku memotong rambut depannya dengan posisi miring, gaya poni yang trend saat itu. Tak butuh waktu sepuluh menit, pekerjaanku selesai. Begitu melihat cermin, Teh Ana sangat puas dengan pekerjaanku. Rambut poninya terlihat semakin mempermanis wajahnya yang cantik. Santri putri yang lainpun ikut memuji kecantikan Teh Ana yang semakin plus plus. Bisa ditebak deh? Selanjutnya aku kebanjiran job memotong poni. Tapi…
Temanku, Susan, yang setia mendampingi Teh Ana yang sedang mematut dirinya didepan cermin tiba- tiba nyeletuk begini, “Teh Ana, kok alisnya pitak sih? Kayaknya sih ini mah kegunting sama Ayi waktu sedang motong poni tadi.”
Melihat alis hitamnya pitak, Teh Ana histeris,”Ya ampun, Ayiiiii….. aku kan nyuruh kamu gunting poninya saja, kenapa alisnya malah ikutan kamu gunting?”
Ups, saking groginya aku malah tak sadar ikut menggunting alis. Aduh aduh, maaf deh Teh Ana, tak sengaja.
Ditengah dihujani keluhan Teh Ana seputar alisnya yang pitak, santri putri yang awalnya menghujaniku dengan job potong poni, akhirnya menarik kembali keinginannya gara- gara melihat alis pitak Teh Ana.  Ditengah  rasa sesal ini, aku mengelus dada lega. Setidaknya aku tak perlu membuat santri putri beralis pitak lebih banyak lagi.

*
Nama   : Nur Puspitasari Apandi
Alamat : Jln. Dewi Sartika 10 Rt/Rw 23/06 Ds. Mekarjadi Kec. Sadananya Kab. Ciamis 46256
Status   : Mahasiswa Aktif STAI PUTERA GALUH CIAMIS
Nope    : 087767856743
Norek  : 4058-01-005887-53-9 a/n Nur Puspitasari Apandi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar mendukung darimu sangat aku tunggu!!