Layaknya Agnes Monica yang selalu
sukses menyedot perhatian masyarakat Indonesia dengan gaya rambutnya yang
selalu in, akupun begitu. Ya meskipun berstatus sebagai santri di sebuah pondok
pesantren di Jawa Barat dan dalam kesehariannya selalu memakai jilbab, tapi
untuk masalah gaya rambut. Beuh, aku selalu memberi perhatian lebih akan hal
ini. Entah ya, rasanya aku gatal sekali melihat tampilanku dicermin dengan gaya
rambut yang sama lebih dari enam bulan. Rambut
pajang sedikit, langsung ku potong dengan gaya berbeda. Lumayanlah
ada semangat baru tiap kali habis potong
rambut. Anehnya, setiap kali habis potong rambut, santri putri yang lain
seperti kebakaran jenggot dan mupeng sekali ingin memotong rambutnya juga.
Untungnya mereka tak mupeng pengen motong rambut orang, bisa ribet nanti
urusannya. Selanjutnya? Bisa ditebak deh, santri putri langsung potong rambut
masal. Beneran ini mah.
Suatu hari, rasa bosan kembali
menyelimutiku? Suntuk menjalani rutinitas yang berulang dari hari ke hari
membuatku sangat bosan, apalagi saat bercermin dan melihat wajah yang kusam
ini. Disaat seperti ini? Ide untuk memotong rambutpun kembali terlintas dalam
pikiran. Tapi…. Sepertinya rambutku masih terlalu pendek dan membuatku tak leluasa
berganti gaya rambut. Ingin pergi kesalon langgananpun yang saat itu masih
bertarif sepuluh ribu rasanya berat sekali. Yups, sebenarnya isi sakuku sih yang
keberatan. Akhir bulan cyinn, saku lagi sekarat sekaratnya. Buat jajan juga
sangat pas- pasan, apalagi untuk pergi ke salon?
Satu hal yang membuat keinginan
potong rambutku terhambat adalah karena Teh Sofy, santri putri yang mahir
memainkan gunting diatas rambut (yang menyediakan jasa potong rambut gratis
dikalangan santri putri) sedang pulang kampung. Alamak, bagaimana hasrat potong
rambut ini tersalurkan?
Tapi bukan aku dong kalau harus
kehabisan ide untuk masalah sepele ini. segera ku ambil sisir dan cermin. Dan…
sambil bercermin, ku potong rambut bagian depan sehingga membentuk sebuah poni
yang… membuat wajahku semakin manis. Sungguh aksi coba- coba ini berakhir
sukses. Poniku kembali menyedot perhatian dikalangan santri putri. Sebenarnya
sih poniku tidak bagus- bagus amat, namun wajah ovalku mendukung poni hasil
aksi coba- coba ini bak buah karya peƱata rambut sekelas Hollywood.
Tak menunggu beberapa jam, santri
putri berbondong- bondong menyampaikan keinginannya untuk memiliki poni
sepertiku. Karena Teh Sofy nya tak ada, mereka malah balik memaksaku untuk
menggunting poni mereka. Salah satu dari mereka yang gencar sekali memaksaku
adalah Teh Ana, padahal berkali- kali aku menolak karena takut hasilnya takan
sebagus pekerjaan pertama yang murni dipengaruhi factor lucky. Tapi karena
dipaksa terus, akhirnya akupun mau memotong poni Teh Ana. Dan sepulang mengaji
dhuhur, aksi percobaan inipun terlaksana didepan santri putri yang penasaran
ingin melihat unjuk kebolehanku.
Segera ku sisir rambut depan Teh
Ana, dan sret sret… guntingku memotong rambut depannya dengan posisi miring,
gaya poni yang trend saat itu. Tak butuh waktu sepuluh menit, pekerjaanku
selesai. Begitu melihat cermin, Teh Ana sangat puas dengan pekerjaanku. Rambut
poninya terlihat semakin mempermanis wajahnya yang cantik. Santri putri yang lainpun
ikut memuji kecantikan Teh Ana yang semakin plus plus. Bisa ditebak deh?
Selanjutnya aku kebanjiran job memotong poni. Tapi…
Temanku, Susan, yang setia
mendampingi Teh Ana yang sedang mematut dirinya didepan cermin tiba- tiba
nyeletuk begini, “Teh Ana, kok alisnya pitak sih? Kayaknya sih ini mah
kegunting sama Ayi waktu sedang motong poni tadi.”
Melihat alis hitamnya pitak, Teh Ana
histeris,”Ya ampun, Ayiiiii….. aku kan nyuruh kamu gunting poninya saja, kenapa
alisnya malah ikutan kamu gunting?”
Ups, saking groginya aku malah tak
sadar ikut menggunting alis. Aduh aduh, maaf deh Teh Ana, tak sengaja.
Ditengah dihujani keluhan Teh Ana
seputar alisnya yang pitak, santri putri yang awalnya menghujaniku dengan job
potong poni, akhirnya menarik kembali keinginannya gara- gara melihat alis
pitak Teh Ana. Ditengah rasa sesal ini, aku mengelus dada lega.
Setidaknya aku tak perlu membuat santri putri beralis pitak lebih banyak lagi.
*
Nama
: Nur Puspitasari Apandi
Alamat
: Jln. Dewi Sartika 10 Rt/Rw 23/06 Ds. Mekarjadi Kec. Sadananya Kab. Ciamis
46256
Status :
Mahasiswa Aktif STAI PUTERA GALUH CIAMIS
Nope :
087767856743
Norek :
4058-01-005887-53-9 a/n Nur Puspitasari Apandi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar mendukung darimu sangat aku tunggu!!