Minggu, 28 Februari 2016

PEMBAHASAN HARAKAT

A.   Pengertian Harakat
      Harakat (Arab: حركاتharakaat) atau tasykil adalah tanda baca atau diakritik yang ditempatkan pada huruf Arab untuk memperjelas gerakan dan pengucapan huruf tersebut.

B.     Sejarah dan Sebab Munculnya Harakat
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa al-Qur’an yang telah dikodifikasi pada masa Khalifah Utsman bin ‘Affan ditulis dengan menggunakan khat Kufi yang masih sangat sederhana sekali dan tanpa titik ataupun tanda baca yang dapat membedakan antara satu huruf dengan huruf lainnya. Namun menurut Abdurrahim Ibrahim, salah seorang ahli sejarah Khat Arab, menyatakan bahwa penulisan mushaf al-Qur’an pertama kali ditulis dengan Khat Arab sederhana, yaitu khat Hijazi. Kemudian barulah pada masa khalifah Utsman bin ‘Affan ditulis dengan khat Nabthi dan kemudian pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib mulai ditulis menggunakan khat Kufi. Hal ini terasa wajar karena hanya bentuk tulisan tersebut yang berkembang di Arab pada masa itu. Dan penulisan al-Qur’an dengan huruf yang benar-benar “gundul” (tanpa tanda titik ataupun harakat )  tidaklah menjadi problem bagi bangsa Arab sendiri sebab mereka memiliki kemampuan bahasa yang telah tertanam dalam jiwa. Pada generasi awal Islam ini, jarang terjadi kesalahan dalam pengucapan bahasa Arab maupun dalam membaca al-Qur’an. Dan juga belum terpikirkan oleh para sahabat untuk menambahkan titik (نقط المصحف) dan harakat  (شكله) pada tulisan al-Qur’an. Hal ini diperkuat dengan adanya seruan dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud:
جرّدوا القران ولا تخلطوه بشئ
      Murnikanlah al-Qur’an dan jangan mencampur baurkannya dengan apapun
Dari perkataan Ibnu Mas’ud tersebut dapat dipahami bahwa pada masa itu al-Quran tidak boleh diubah -- ditambah atau dikurangi -- dengan apapun untuk menjaga kemurnian al-Qur’an itu sendiri, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah baik bacaan maupun tulisannya.
      Permasalahan sesungguhnya baru muncul setelah ekspansi besar-besaran hingga meluasnya Islam ke berbagai daerah diluar Jazirah Arab yang berimplikasi pada interaksi orang Arab (العرب) dengan non-Arab (العجم). Dari interaksi ini muncullah golongan “Indo Arab” yang kurang mengerti tulisan bahasa Arab “murni”. Dari sinilah kesalahan-kesalahan dalam bacaan sering terjadi.
      Kejadian yang sangat terkait dengan adanya inovasi untuk membuat “tanda baca” dalam al-Qur’an berawal ketika khalifah Mu’awiyah bin Abi Sofyan (w. 60 H/679 M) mengirim surat kepada Ziyad bin Abihi yang merupakan Gubernur kota Bashrah agar mengutus puteranya, Ubaidullah, untuk mengahadap Mu’awiyah. Saat Mu’awiyah bertemu Ubaidillah, ia sangat terkejut karena anaknya banyak melakukan kesalahan (اللحن) dalam pembicaraannya. Kemudian Mu’awiyyah pun mengirim surat teguran kepada Ziyad atas kejadian tersebut. Jika seorang anak pembesar Islam saja banyak melakukan kesalahan (اللحن) dalam perkataannya, lalu bagaimana dengan orang-orang awam? Atas dasar asumsi inilah Ziyad segera menemui Abu al-Aswad al-Dualy (w. 69 H/ 688 M) seraya berkata:
يا أبا الأسود, إنّ هذه الحمراء قد كثرت, وأفسدت من ألسن العرب, فلو وضعتَ شيئاً يصلح به الناس كلامهَم, ويعربون كتابَ الله تعالي
      Abu al-Aswad tidak serta merta memenuhi permintaan Ziyad karena beliau merasa hal tersebut tidak pernah sekalipun dilakukan oleh para sahabat, sedangkan sahabat adalah orang-orang yang paling menjaga al-Qur’an. Namun Ziyad tidak menyerah begitu saja, beliau memerintahkan seorang laki-laki untuk duduk di jalan yang akan dilewati Abu al-Aswad. Apabila Abu al-Aswad lewat di depannya, lelaki tersebut diminta membacakan ayat al-Qur’an dengan salah. Kemudian lelaki tersebut membaca :
أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ
“Bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrik.
Dibaca dengan men-jar-kan kalimat رسولِهِ yang berarti Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan Rasulnya.  Setelah mendengar ayat bacaan ayat tersebut, Abu al-Aswad terkejut seraya berucap: Allah berlepas diri dari Rasul-Nya? Lalu beliau menganggap benar permintaan Zaid dan memenuhi permintaannya. Inilah motiv/sebab dilakukannya penulisan harakat pada al-Qur’an.

C.    Macam-macam harakat
1.    Fathah
      Fathah (فتحة) adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil ( َ ) yang berada di atas suatu huruf Arab yang melambangkan fonem /a/. Secara harfiah, fathah itu sendiri berarti membuka, layaknya membuka mulut saat mengucapkan fonem /a/. Ketika suatu huruf diberi harakat fathah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-a/, contonya huruf lam (ل) diberi harakat fathah menjadi /la/ (لَ).
2.    Alif Khanjariah
      Fathah juga ditulis layaknya garis vertikal seperti huruf alif kecil ( ٰ ) yang disebut dengan mad fathah atau alif khanjariah yang melambangkan fonem /a/ yang dibaca agak panjang. Sebuah huruf berharakat fathah jika diikuti oleh Alif (ا) juga melambangkan fonem /-a/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /laa/ (لاَ)
3.    Kasrah
      Kasrah (كسرة) adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil ( ِ ) yang diletakkan di bawah suatu huruf arab, harakat kasrah melambangkan fonem /i/. Secara harfiah, kasrah bermakna melanggar. Ketika suatu huruf diberi harakat kasrah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-i/, contonya huruf lam (ل) diberi harakat kasrah menjadi /li/ (لِ).
Sebuah huruf yang berharakat kasrah jika bertemu dengan huruf ya (ي ) maka akan melambangkan fonem /-i/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /lii/ ( لي)

4.    Dammah

     Dammah (ضمة) adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf waw (و) kecil yang diletakkan di atas suatu huruf arab ( ُ ), harakat dammah melambangkan fonem /u/. Ketika suatu huruf diberi harakat dammah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-u/, contonya huruf lam (ل) diberi harakat dammah menjadi /lu/ (لُ).

Sebuah huruf yang berharakat dammah jika bertemu dengan huruf waw (و ) maka akan melambangkan fonem /-u/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /luu/ (لـُو).

5.    Tanwin

     Tanwin (bahasa Arab: التنوين, "at tanwiin") adalah tanda baca/diakritik/harakat pada tulisan Arab untuk menyatakan bahwa huruf pada akhir kata tersebut diucapkan layaknya bertemu dengan huruf nun mati.


D.   Kegunaan harakat
      Harakat dipakai untuk mempermudah cara membaca huruf Arab bagi orang awam, pemula atau pelajar dan biasanya dituliskan pada buku-buku pendidikan, buku anak-anak, kitab suci al-Qurandan Injil berbahasa Arab, walaupun dalam penulisan sehari-hari tidak menggunakan harakat, karena pada umumnya orang Arab sudah paham dan mengerti akan tulisan yang mereka baca, namun kadang juga digunakan sebagai penekanan dari suatu kata terutama pada kata-kata yang kurang umum digunakan agar menghindari kesalahaan pembacaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar mendukung darimu sangat aku tunggu!!