A. Pengertian
Harakat
Harakat (Arab: حركات, harakaat)
atau tasykil adalah tanda baca atau diakritik yang ditempatkan pada huruf Arab untuk memperjelas gerakan dan pengucapan huruf
tersebut.
B.
Sejarah dan Sebab Munculnya Harakat
Sebagaimana
kita ketahui bersama bahwa al-Qur’an yang telah dikodifikasi pada masa Khalifah
Utsman bin ‘Affan ditulis dengan menggunakan khat Kufi yang masih sangat
sederhana sekali dan tanpa titik ataupun tanda baca yang dapat membedakan
antara satu huruf dengan huruf lainnya. Namun menurut
Abdurrahim Ibrahim, salah seorang ahli sejarah Khat Arab, menyatakan bahwa
penulisan mushaf al-Qur’an pertama kali ditulis dengan Khat Arab sederhana,
yaitu khat Hijazi. Kemudian
barulah pada masa khalifah Utsman bin ‘Affan ditulis dengan khat
Nabthi dan kemudian pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib mulai ditulis
menggunakan khat Kufi. Hal ini terasa wajar karena hanya bentuk tulisan
tersebut yang berkembang di Arab pada masa itu. Dan penulisan al-Qur’an dengan
huruf yang benar-benar “gundul” (tanpa
tanda titik ataupun harakat )
tidaklah menjadi problem bagi bangsa Arab sendiri sebab mereka memiliki
kemampuan bahasa yang telah tertanam dalam jiwa. Pada generasi awal Islam ini,
jarang terjadi kesalahan dalam pengucapan bahasa Arab maupun dalam membaca
al-Qur’an. Dan juga belum terpikirkan oleh para sahabat untuk menambahkan titik
(نقط المصحف) dan harakat (شكله) pada tulisan al-Qur’an. Hal ini diperkuat dengan adanya seruan
dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud:
جرّدوا القران ولا تخلطوه بشئ
Murnikanlah al-Qur’an dan jangan mencampur
baurkannya dengan apapun
Dari perkataan Ibnu Mas’ud tersebut dapat
dipahami bahwa pada masa itu al-Quran tidak boleh diubah -- ditambah atau
dikurangi -- dengan apapun untuk menjaga kemurnian al-Qur’an itu sendiri,
sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah baik bacaan maupun tulisannya.
Permasalahan sesungguhnya baru muncul
setelah ekspansi besar-besaran hingga meluasnya Islam ke berbagai daerah diluar
Jazirah Arab yang berimplikasi pada interaksi orang Arab (العرب) dengan non-Arab (العجم). Dari interaksi ini muncullah golongan “Indo
Arab” yang kurang mengerti tulisan bahasa Arab “murni”. Dari sinilah
kesalahan-kesalahan dalam bacaan sering terjadi.
Kejadian yang sangat terkait dengan adanya inovasi untuk membuat “tanda
baca” dalam al-Qur’an berawal ketika khalifah Mu’awiyah bin Abi Sofyan (w. 60
H/679 M) mengirim surat kepada Ziyad bin Abihi yang merupakan Gubernur kota
Bashrah agar mengutus puteranya, Ubaidullah, untuk mengahadap Mu’awiyah. Saat
Mu’awiyah bertemu Ubaidillah, ia sangat terkejut karena anaknya banyak
melakukan kesalahan (اللحن) dalam pembicaraannya. Kemudian Mu’awiyyah
pun mengirim surat teguran kepada Ziyad atas kejadian tersebut. Jika seorang
anak pembesar Islam saja banyak melakukan kesalahan (اللحن) dalam perkataannya, lalu bagaimana dengan orang-orang awam?
Atas dasar asumsi inilah Ziyad segera menemui Abu al-Aswad al-Dualy (w. 69 H/
688 M) seraya berkata:
يا أبا الأسود, إنّ هذه الحمراء قد كثرت, وأفسدت من ألسن
العرب, فلو وضعتَ شيئاً يصلح به الناس كلامهَم, ويعربون كتابَ الله تعالي
Abu al-Aswad tidak serta merta memenuhi
permintaan Ziyad karena beliau merasa hal tersebut tidak pernah sekalipun
dilakukan oleh para sahabat, sedangkan sahabat adalah orang-orang yang paling
menjaga al-Qur’an. Namun Ziyad tidak menyerah begitu saja, beliau
memerintahkan seorang laki-laki untuk duduk di jalan yang akan dilewati Abu al-Aswad.
Apabila Abu al-Aswad lewat di
depannya, lelaki tersebut diminta membacakan ayat al-Qur’an dengan salah.
Kemudian lelaki tersebut membaca :
أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ
“Bahwa
sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrik.
Dibaca dengan men-jar-kan
kalimat رسولِهِ yang
berarti Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan Rasulnya.
Setelah mendengar ayat bacaan ayat tersebut, Abu al-Aswad terkejut seraya
berucap: Allah berlepas diri dari Rasul-Nya? Lalu beliau menganggap benar
permintaan Zaid dan memenuhi permintaannya. Inilah
motiv/sebab dilakukannya penulisan harakat pada
al-Qur’an.
C.
Macam-macam harakat
1. Fathah
Fathah (فتحة) adalah
harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil ( َ ) yang berada di atas suatu huruf Arab yang melambangkan fonem
/a/. Secara harfiah, fathah itu sendiri berarti membuka, layaknya membuka mulut saat mengucapkan fonem /a/.
Ketika suatu huruf diberi harakat fathah, maka huruf tersebut akan berbunyi
/-a/, contonya huruf lam (ل) diberi harakat fathah menjadi /la/ (لَ).
2. Alif Khanjariah
Fathah juga ditulis layaknya garis vertikal
seperti huruf alif kecil ( ٰ ) yang disebut dengan mad
fathah atau alif khanjariah
yang melambangkan fonem /a/ yang dibaca agak panjang. Sebuah huruf berharakat
fathah jika diikuti oleh Alif (ا) juga melambangkan fonem /-a/
yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /laa/ (لاَ)
3. Kasrah
Kasrah (كسرة) adalah
harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil ( ِ ) yang diletakkan di bawah suatu huruf arab, harakat kasrah
melambangkan fonem /i/. Secara harfiah, kasrah bermakna melanggar. Ketika suatu huruf diberi harakat kasrah, maka huruf
tersebut akan berbunyi /-i/, contonya huruf lam (ل) diberi
harakat kasrah menjadi /li/ (لِ).
Sebuah huruf yang
berharakat kasrah jika bertemu dengan huruf ya (ي ) maka
akan melambangkan fonem /-i/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /lii/ ( لي)
4. Dammah
Dammah (ضمة) adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf waw (و) kecil yang diletakkan di atas suatu huruf arab ( ُ ), harakat dammah melambangkan fonem /u/. Ketika suatu huruf diberi harakat dammah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-u/, contonya huruf lam (ل) diberi harakat dammah menjadi /lu/ (لُ).
Sebuah huruf yang berharakat dammah jika bertemu dengan
huruf waw (و ) maka akan melambangkan
fonem /-u/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /luu/ (لـُو).
5. Tanwin
Tanwin (bahasa Arab: التنوين, "at tanwiin") adalah tanda baca/diakritik/harakat pada tulisan Arab untuk menyatakan bahwa huruf pada akhir kata tersebut diucapkan layaknya bertemu dengan huruf nun mati.
D.
Kegunaan harakat
Harakat
dipakai untuk mempermudah cara membaca huruf Arab bagi orang awam, pemula atau
pelajar dan biasanya dituliskan pada buku-buku pendidikan, buku anak-anak,
kitab suci al-Qurandan Injil berbahasa Arab, walaupun dalam penulisan sehari-hari tidak
menggunakan harakat,
karena pada umumnya orang Arab sudah paham dan mengerti akan tulisan yang
mereka baca, namun kadang juga digunakan sebagai penekanan dari suatu kata terutama pada kata-kata yang
kurang umum digunakan agar menghindari kesalahaan pembacaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar mendukung darimu sangat aku tunggu!!