Minggu, 28 Februari 2016

SEJARAH SINGKAT AL QUR’AN DAN SURAT- SURAT PENDEK



A.    Sejarah  Singkat Al-Quran
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.
Al-Qur’an mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-’Ashr, Al-Kautsar, dan An-Nashr. Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al-Qur’an adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim,  dan lain-lain. Ada yang memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.
Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Qur’an dalam 30 juz yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir Al-Qur’an).
Masing-masing hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub’ (seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salasah (tiga perempat).
Selanjutnya Al-Qur’an dibagi pula dalam 554 ruku’, yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap satu ruku’ ditandai dengan huruf ‘ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku’, sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku’.
Nisf Al-Qur’an (tanda pertengahan Al-Qur’an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19 pada lafal walyatalattaf yang artinya: “hendaklah ia berlaku lemah lembut”.
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:
1.      Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.
2.      Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi SAW.
3.      Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
4.      Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli. Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya. Hafalan Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.
Surat-surat dalam Al-Qur’an tersebut terbagi dalam dua kelompok.
1.      Surat Makkiyah, yakni yang ayat-ayatnya diturunkan di Mekah (sebelum Nabi   Muhammad hijrah). Jumlahnya 86 surat atau 19/ 30 dari isi Al-Qur’an.
2.      Surat Madaniyyah, yakni yang ayat-ayatnya diturunkan di Madinah (setelah Nabi Muhammad hijrah). Jumlahnya 28 surat atau 11/30 dari isi Al-Qur’an.



B.     Surat-Surat Pendek (Al Mufashshal)
Surat-surat pendek adalah surat yang disampaing ayatnya pendek dan jumlahnya tidak terlalu banyak (berkisar antara satuan dan puluhan ayat) juga biasanya atau terkadang dikumpulkan penulisnya dalam juz tersendiri yang dikenal dengan nama juz’amma.
Juz ‘Amma, yang merupakan juz ke 30 atau terakhir dari kitab suci al-Qur-an, merupakan bagian yang paling sering kita dengar dan paling sering kita baca. Ketika kita pertama kali belajar membaca al-Qur-an di masa kecil, hal pertama yang kita pelajari adalah membaca dan menghafal surat-surat pendek yang terdapat di dalam Juz ‘Amma. Ditambah lagi kebanyakan para imam di masjid-masjid lebih sering membaca surat-surat pendek yang terdapat di dalam juz ‘Amma, daripada membaca surat-surat di dalam juz-juz lainnya, baik secara lengkap maupun berupa penggalan surat. Sehingga dengan demikian surat-surat tersebut terasa begitu akrab dan tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan banyak di antara kita yang hafal surat-surat tersebut di luar kepala.
Juz ‘Amma merupakan juz dengan jumlah surat terbanyak. Di dalamnya terdapat 37 surat. Dimulai dengan surat an-Naba’ dan di-akhiri dengan surat an-Naas. Sebagian besar dari surat-surat tersebut, yaitu sebanyak 34 surat, merupakan surat Makkiyyah, yaitu surat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Sedang tiga surat selebihnya, yakni al-Bayyinah, az-Zalzalah dan an-Nashr merupakan surat Madaniyyah, yaitu surat yang turun setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Ciri khas surat-surat Makkiyyah di antaranya adalah, ayatnya pendek-pendek, susunan kalimatnya sangat indah dan menyentuh, bersastra tinggi dan penuh dengan argumen kuat tak terbantahkan yang meruntuhkan paradigma dan keyakinan kaum musyrikin. Sebagian besar bahasannya mengingatkan manusia akan kekuasaan Allah Ta’ala di alam semesta, kehidupan akhirat, perjumpaan dengan Allah dan hari Pembalasan. Semua itu tertuang dalam ayat-ayat pendek, dengan bahasa yang begitu indah dan sangat menyentuh dan kebanyakan diawali
dengan seruan "yaa ayyuhannas " (wahai manusia).
Di samping itu di dalam Juz ‘Amma terdapat banyak surat yang memiliki keutamaan. Di antaranya adalah surat al-Ikhlash, al-Falaq, an-Naas dan lam-lain. Tentang surat al-Ikhlas misalnya, Rasulullah SAW bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sesungguhnya (surat al-Ikhlash) itu sebanding dengan sepertiga al-Qur’an.” (HR. Al-Bukhari).
Surat-surat dalam juz ke 30 diantaranya adalah:
1.      Surat An-Nas artinya manusia, terdiri dari 6 ayat.
Surat ini memerintahkan agar manusia memohon perlindungan kepada Allah dari segala macam kejahatan yang datang kedalam jiwa manusia dari jin dan manusia.
2.      Surat al-Falaq artinya waktu subuh,  terdiri dari 5 ayat.
Surat ini memerintahkan agar manusia berlindung kepada Allah dari segala macam kejahatan.
3.      Surat Al-Ikhlash artinya memurnikan keesaan Allah, terdiri dari 4 ayat.
Surat  ini menegaskan tentang kemurnian ke esaan Allah SWT dan menolak segala macam kemusyrikan dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya.
4.      Surat Al-Lahab artinya gejolak api, terdiri dari 5 ayat.
Surat ini menceritakan Abu Lahab dan istrinya yang menentang Rasul SAW. keduanya akan celaka dan masuk neraka. Harta Abu Lahab, tak berguna untuk keselamatannya dengan demikian pula usaha-usahanya.
5.      Surat An-Nashr artinya pertolongan, terdiri 3 ayat.
Isi surat ini adalah janji bahwa pertolongan Allah akan datang dan Islam akan mendapatkan kemenangan dan perintah dari Tuhan agar bertasbih memujin-Nya, dan meminta ampun kepada-Nya dikala terjadi peristiwa yang menggembirakan.
6.      Surat Al-Kaafiruun artinya orang-orang kafir,  terdiri dari 6 ayat.
Surat ini adalah pernyataan bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad
SAW dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir, dan Nabi Muhammad SAW tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
7.      Surat Al-Kautsar artinya nikmat yang banyak, terdiri dari 3 ayat.
Surat ini mengnjurkan agar orang selalu beribadah kepada Allah dan berkorban sebagai tanda bersyukur atas nikmat yang dilimpahkan-Nya.
8.      Surat Al-Ma’uun artinya barang-barang yang berguna,  terdiri dari 7 ayat.
Surat ini menceritakan beberapa sifat manusia yang dipandang sebagai mendustakan agama dan ancaman terhadap orang-orang yang melakukan shalat dengan lalai dan riya.
9.      Surat Al-Quraisy artinya suku quraisy, terdiri dari 4 ayat.
Surat ini adalah peringatan kepada orang-orang Quraisy tentang nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada mereka karena itu mereka diperintahkan untuk menyembah Allah.
10.  Surat Al-Fil artinya gajah, terdiri dari 5 ayat.
Surat ini menceritakan tentang pasukan gajah yang diazab oleh Allah SWT dengan mengirim sejenis burung yang menyerang mereka sampai binasa.
11.  Surat Al-Humazah artinya pengupat, terdiri dari 9 ayat.
Surat ini menjelaskan ancaman Allah terhadap orang-orang yang suka mencela orang lain, suka mengupat dan mengumpulkan harta tetapi tidak menafkahkannya di jalan Allah.
12.  Surat Al-‘Ashr artinya masa, terdiri dari 3 ayat.
Surat ini menerangkan bahwa semua manusia dalam keadaan merugi apabila tidak mengisi waktunya dengan perbuatan-perbuatan baik.
13.  Surat At-Takaatsur artinya bermegah-megahan, terdiri dari 8 ayat.
Surat ini mengemukakan celaan dan ancaman terhadap orang-orang yang bermegah-megahan dengan apa yang diperolehnya dan tidak membelanjakannya dijalan Allah. Mereka pasti diazab dan pasti akan ditanya tentang apa yang dimegah-megahkannya itu.
14.  Surat Al-Qari’ah artinya hari kiamat, terdiri dari 11 ayat.
Surat ini menceritakan kejadian hari kiamat, yaitu manusia bertebaran, gunung berhaburan, amal manusia ditimbang dan dibalas.
15.  Surat Al-‘Aadiyaat artinya kuda perang yang berlari kencang, terdiri dari 11
ayat.
Surat ini menjelaskan sifat-sifat buruk manusia dan kebangkitan mereka serta pembalasan kepada mereka pada hari kiamat.
16.  Surat Al-Zalzalah artinya goncangan, terdiri dari 8 ayat.
Surat ini menerangkan kegoncangan bumi yang amat hebat pada hari kiamat dan kebingungan manusia ketika itu dan manusia dikumpulkan untuk dihisab segala amal perbuatan mereka.
17.  Surat Al- Bayyinah artinya bukti, terdiri dari 8 ayat.
Dalam surat ini Allah menerangkan bahwa ajaran Nabi Muhammad adalah ajaran yang benar dan agama yang dibawanya adalah agama yang lurus yang mencangkup pokok-pokok ajaran yang dibawa nabi-nabi yang dulu.
18.  Surat Al-Qadar artinya kemuliaan, terdiri dari 5 ayat.
Pada surat ini diterangkan bahwa permulaan Al Quran diturunkan ialah pada malam laillatul Qodar dan diterangkan juga ketinggian malam lailatul Qodar.
19.  Surat Al-Alaq artinya segumpal darah, terdiri dari 19 ayat.
Surat ini menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan memberi pengetahuan. Tetapi manusia tidak ingat lagi asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah itu, bahkan dia bertindak melampaui batas karena melihat dirinya telah merasa serba cukup.
20.  Surat At-Tiin artinya buah tin, terdiri dari 8 ayat.
Surat ini menerangkan kedudukan manusia dan keadilan Allah SWT.
21.  Surat Al-Insyirah artinya melapangkan, terdiri dari 8 ayat.
Surat ini menegaskan tentang nikmat-nikmat dari Allah yang diberikan
kepada Nabi Muhammad SAW dan pernyataan Allah, bahwa disamping
kesukaran ada kemudahan karena itu diperintahkan kepada Nabi agar tetap
melakukan amalan-amalan saleh dan bertawakkal kepada-Nya.
22.  Surat Adh-Dhuha artinya waktu matahari sepenggalahan naik, terdiri dari 11
ayat.
Surat ini menerangkan tentang bimbingan dan pemeliharaan Allah SWT terhadap Nabi Muhammad SAW dengan cara tak putus-putusnya dan mengandung pula perintah kepada Nabi supaya mensyukuri segala nikmat itu.
23.  Surat Al-Lail artinya malam,  terdiri dari 21 ayat.
Surat ini menerangkan bahwa amalan-amalan yang dikerjakan dengan tulus ikhlas semata-mata mencari keridhaan Allah itulah yang membawa kebahagiaan diakhirat kelak.
24.  Surat Ssy-syams artinya matahari, terdiri dari 15 ayat.
Surat ini berisi doronga kepada manusia untuk membersihkan jiwanya agar mendapat keberuntungan di dunia dan di akhirat dan menyatakan bahwa allah akan menimpakan azab kepada orang-orang yang mengotori jiwanya seperti halnya kaum Tsamud.
25.  Surat Al-Balad artinya negeri, terdiri dari 20 ayat.
Surat ini mengutarakan bahwa manusia haruslah bersusah payah mencari kebahagiaan dan Allah sendiri telah menunjukan jalan yang membawa kepada kebaikan, dan jalan yang membawa kepada kesengsaraan. Allah menggambarkan bahwa kepada kebahagiaan itu lebih sulit menempuhnya dari pada yang membawa kepada kesengsaraan.
26.  Surat Al-Fajr artinya fajar, terdiri dari 30 ayat.
Surat ini mengemukakan contoh umat yang ditimpa azab dan beberapa sifat-sifat manusia yang tercela, serta menegaskan kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada orang yang berjiwa tenang.
27.  Surat Al-Ghaasyiyah artinya peristiwa yang dasyat, terdiri dari 26 ayat.
Surat ini menerangan penderitaan orang-orang yang kafir  dan kenikmatan orang-orang yang beriman pada hari kiamat.
28.  Surat Al-A’laa artinya yang paling tinggi, terdiri dari 19 ayat.
Surat ini mengemukakan perintah Allah untuk bertasbih dengan menyebut nama-Nya; Nabi Muhammad tidak lupa pada ayat-ayat yang dibacakan kepadanya;  jalan-jalan yang menjadikan orang sukses didunia dan diakhirat.
29.  Surat Ath-Thaariq artinya yang datang dimalam hari, terdiri dari 17 ayat.
Surat ini mengemukakan tiap-tiap jiwa selalu dipelihara dan diawasi Allah; sebagaimana Allah menciptakan manusia maka Allah dapat pula menghidupkan kembali bila ia telah mati; Al Quran adalah pemisah antara yang hak dan batil.
30.  Surat Al-Buruuj artinya gugusan bintang, terdiri dari 22 ayat.
Surat ini berisi sikap dan tindakan-tindakan orang-orang kafir terhadap orang-orang yang mengikuti seruan para Rasul; bukti-bukti dan keesaan Allah; isyarat dari Allah bahwa orang-oarang kafir Mekah akan ditimpa azab sebagaimana kaum fir’aun dan Tsamud telah ditimpa azab; jaminan Allah terhadap kemurnian Al Quran.
31.  Surat Al-Insyiqaaq artinya terbelah, terdiri dari 25 ayat.
Surat ini mengutarakan kejadian-kejadian permulaan terjadinya hari kiamat, bagaimana balasan amalan yang baik dan perbuatan yang buruk; dan kepastian hari kiamat yang ditentang oleh orang-orang kafir.
32.  Surat Al-Muthaffifiin artinya orang-orang yang curang, terdiri dari 36 ayat.
Surat ini mengandung ancaman-ancaman terhadap orang-orang kafir dan orang-orang yang melakukan kecurangan, disamping itu memberikan janji yang baik kepada mereka yang beriman dan melakukan kebajikan.
33.  Surat Al-Infithaar artinya terbelah, terdiri dari 19 ayat.
Surat ini menggambarkan kejadian-kejadian hari kiamat, dan menerangkan keingkaran manusia kepada karunia Allah dan bahwa segala perbuatan mereka itu akan mendapat pembalasan.
34.  Surat At-Takwiir artinya menggulung, terdiri dari 29 ayat.
Surat ini mengemukakan tentang kejadian-kejadian pada hari kiamat serta
kebenaran Al Quran sebagai wahyu Allah dan kerasulan Nabi Muhammad.
35.  Surat ‘Abasa artinya ia bermuka masam, terdiri dari 42 ayat.
Surat ini mengandung teguran Allah kepada Rasulullah SAW yang telah mengutamakan pembesaran-pembesaran Quraisy yang diharapkan agar mereka masuk islam daripada Ibnu Ummi Maktum yang buta, tapi telah diyakini keimanannya; Al Quran adalah sebagai peringatan: dan salah satu sikap manusia tidak mensyukuri nikmat Allah.
36.  Surat An-Naazi’aat artinya malaikat-malaikat yang mencabut, terdiri dari 46 ayat.
Surat ini berisi penegasan Allah tentang adanya hari kiamat dan sikap orang-orang musyrik kepadanya; manusia dibagi 2 golongan diakhirat; manusia tidak dapat mengetahui kapan terjadinya hari kiamat. Dan surat ini menceritakan kisah Nabi Musa dan Fir’aun.
37.  Surat An-Naba’ artinya berita besar, terdiri dari 40 ayat.
Surat ini menerangkan pengingkaran orang-orang musyrik terhadap hari kebangkitan, acaman Allah terhadap sikap mereka, azab yang akan meraka terima di hari kiamat serta kebahagiaan orang-orang yang beriman.

C.    Cara menghafal surat-surat pendek
Cara menghafal surat - surat pendek, di antaranya : 
1.      Perbanyak mendengar sebelum memulai menghafal, bisa dengan kaset murattal atau mendengarnya dengan khusyu' dari para imam shalat yang kebanyakan dari mereka sering membaca surat-surat pendek dalam shalat maghrib, isya dan subuh. atau yang lebih sering lagi pada saat shalat tarawih di bulan ramadhan, dimana kebanyak imam membaca surat-surat pendek.
2.      Perbanyak membaca surat-surat pendek tersebut sehingga ketika kita mulai menghafalnya maka lidah kita sudah akrab dengan ayat-ayat yang akan kita hafal. Kemudian setelah kita yakin benar bahwa surat-surat tersebut sudah kita hafal, baru kemudian pindah ke surat berikutnya.
3.      Jangan lupa untuk membacanya di hadapan seorang teman yang bacaan atau
hafalan Al-Qurannya lebih baik dari kita atau seorang guru tahfizh Al-Quran untuk menyimak hafalan kita, ini harus kita lakukan untuk menghindari salah baca dan salah menghafal.
4.      Lakukan pengulangan (muraja'ah) secara teratur, terutama kita baca dalam shalat lima waktu atau dalam shalat sunnah.
5.      Usahakan membaca hafalan sesuai dengan urutan yang tercantum di dalam Al-Quran, misalnya kita membaca surah Al-Qari'ah, At-Takatsur kemudian surat Al-'Ashr terus sampai surat An-Nas. Sehingga kita mampu mengurutkan hafalan kita sesuai urutan yang ada dalam Al-Quran.

Cara mengajarkan hafalan surat-surat pendek pada peserta didik dapat ditempuh melalui kegiatan sebagai berikut:
1.      Guru menulis lafal ayat-ayat surat yang akan dihafal di papan tulis atau menyuruh peserta didik membuka buku yang telah ditentukan untuk pelajaran tersebut.
2.      Guru melafalkan ayat-ayat tersebut secara tertib dengan suara yang jelas, mulai ayat pertama sampai ayat terakhir. Bacaan ini diulang sampai taga kali, sambil meminta seluruh peserta didik agar menyimak dan mendengarkannya baik-baik.
3.      Guru membaca kembali ayat demi ayat surat tersebut dan meminta kepada seluruh peserta didik agar menirukannya. Bacaan tersebut diulang tiga kali.
4.      Tulisan yang ada di papan tulis dihapus dan menyuruh peserta didik menutup bukunya dan guru mengulangi kembali bacaan ayat demi ayat surat tersebut itu secara hafal dan meminta kepada seluruh peserta didik untuk menirukannya dihafal pula.
5.      Untuk lebih mudah lagi menghafal dan untuk anak memperkuat lagi hafalannya, dibiasakan sebelum dimulai pelajaran pertama,   anak  melafalkan surat-surat pendek bersama-sama.
       1.1 Nama nama lain Al-Qur’an
  1. Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)
  2. Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
  3. Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
  4. Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
  5. Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
  6. Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
  7. Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
  8. Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
  9. At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
j.         Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
  1. Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
  2. Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
  3. Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
  4. Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
  5. An-Nur (cahaya): QS(4:174)
  6. Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
  7. Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
  8. Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)
1.2 Struktur dan pembagian Al-Qur'an
a. Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar dan Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.
b. Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat,sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.
c. Juz dan manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
d. Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
  • As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
  • Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
  • Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
  • Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya
2. Fungsi Al-qur’an sebagai Pedoman Hidup Manusia
2.1     Pokok Ajaran Dalam Isi Kandungan AlQuran
  1. Tauhid – Keimanan terhadap Allah SWT
  2. Ibadah – Pengabdian terhadap Allah SWT
  3. Akhlak – Sikap & perilaku terhadap Allah SWT, sesama manusia dan makhluk lain
  4. Hukum – Mengatur manusia
  5. Hubungan Masyarakat – Mengatur tata cara kehidupan manusia
  6. Janji Dan Ancaman – Reward dan punishment bagi manusia
  7. Sejarah – Teledan dari kejadian di masa lampau
2.2 Fungsi Al-Qur’an
a.       Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT
b.      Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
c.       Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
d.      Sebagai Obat
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra’ (17): 82).
e.       . Petunjuk pada jalan yang lurus
Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus. (Al-Isrâ (17) ayat 9.
2.3  Kedudukan Al Qur’an
  1. Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar), QS. An Naba’ (7 : 1-2)
  2. Kitabul Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. Al Maidah (5) : 49-50
  3. Kitabul Jihad, QS. Al Ankabut (29) : 69
’Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. ’

d.       Kitabul Tarbiyah, QS. Ali Imran (3) : 79
’Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.’
e.       Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
عن عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR. Bukhari)”
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ
أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ ( رواه البخاري)
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut:
  1. Karena mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya.
  2. Ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka.
  3. Mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
Ilmu-ilmu yang Membahas Hal-hal yang Berhubungan dengan al-Qur’an antara lain :
  1. Ilmu Mawathin Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tentang tempat-tempat turunnya ayat Qur’an.
  2. Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-sebab turunnya ayat Al-qur’an.
  3. Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang membahas tentang teknik membaca Al-Qur’an.
  4. Gharibil Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang kalimat-kalimat yang asing artinya dalam Al-Qur’an.
  5. Ilmu Wajuh wa Nadhar, yaitu ilmu yang membahas tentang kalimat yang mempunyai banyak arti dan makna apa yang dikehendaki oleh sesuatu ayat dalam Al-Qur’an.
  6. Ilmu Amtsalil Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an.
7.      Ilmu Aqsamil Qur’an, yaitu ilmu yang mempelajari tentang maksud-maksud sumpah Tuhan dalam Al-Qur’an
  1. Kitabul Ilmi, QS. Al Alaq (96) : 1-5
‘Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.’


3. Faedah dan Keutamaan Membaca Al-qur’an
3.1 Adab membaca Al Quran
  1. Membaca ta’awwudz sebelum membaca Al Quran  (An-nahl:98 )
‘Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.’
b.      Orang yang suci, tak berhadas ( Al-waqiah:79 )
  1. Khusuk saat mendengar Al Qura (Al-a’raaf:204)
‘Dan apabila dibacakan Quran maka dengarlah dan perhatikanlah’
d.      Menghayati bacaan Al Quran  (An-nisaa’:82)
‘Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.’
e.       Menangis saat membaca atau mendengar Al Quran    (Al-ma’idah:83)
Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).
f.       Memperindah suara bacaan Al Quran  (Al-muzzammil:4 )
‘atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan’
g.      Membaca Al Quran dengan suara keras   (Al-israa’:110 )
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannyadan carilah jalan tengah di antara kedua itu.”
h.      Selalu mengingat dan membaca Al Quran    (Al-ahzab:34 )
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.
i.        Membaca Al Quran di malam hari  (Ali imran:113 )
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus], mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).
j.        Berbuat sesuai dengan Al Quran  (Al Baqarah:121 )
Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84], mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
3.2 Keutamaan Al-Qur’an
Kitab suci Al-Qur’an memiliki beberapa keutamaan, diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Bahasanya halus, indah tidak satupun yang mampu menandinginya
  2. Terpelihara keselamatan dan kemurniannya sejak diwahyukan hingga akhir zaman
  3. Bahasanya yang dipergunakannya sama untuk semua lapisan masyarakat, bangsa seluruh dunia, baik di Arab, Amerika, Afrika, Afganistan, India, Inggris, Indonesia, Jepang, Belanda, Malaysia dan sebagainya.
  4. Mudah dibaca, dihafal, dipelajari dan dipahami serta diamalkannya
  5. Merupakan suatu ibadah bagi yang membacanya atau mepelajarinya.
  6. Pembawanya orang yang “Ummi” yakni tidak dapat membaca dan menulis.Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukan hasil budi daya manusia, melainkan benar- benar Wahyu Allah Swt.
  7. Menjadi syafaat bagi orang yang membacanya kelak di hari kiamat.
Dari Abu Umamah Al Bahiliy, (beliau berkata), “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ
“Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang membacanya.Bacalah Az Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat Al Baqarah dan Ali Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya),
keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua surat tersebut. Bacalah pula surat Al Baqarah. Mengambil surat tersebut adalah suatu keberkahan dan meninggalkannya akan mendapat penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin menghafalnya.” (HR. Muslim)
  1. Mencakup dan menyempurnakan ajaran- ajaran kitab- kitab suci sebelumnya.
  2. Susunan ayat yang mengagumkan dan mempengarihi jiwa pendengarnya.
  3. Dapat digunakan sebagai dasar pedoman kehidupan manusia.
  4. Menghilangkan ketidakbebasan berfikir yang melemahkan daya upaya dan kreatifitas manusia (memutus rantai taqlid).
  5. Memberi penjelasan ilmu pengetahuan untuk merangsang perkembangannya.
  6. Memuliakan akal sebagai dasar memahami urusan manusia dan hukum-hukumnya.
  7. Menghilangkan perbedaan antar manusia dari sisi kelas dan fisik serta membedakan manusia hanya dasi takwanya kepada Allah SWT.
Permisalan Orang yang Membaca Al Qur’an dan Mengamalkannya
Dari Abu Musa Al Asy’ariy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالأُتْرُجَّةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ ، وَالْمُؤْمِنُ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ ، طَعْمُهَا مُرٌّ – أَوْ خَبِيثٌ – وَرِيحُهَا مُرٌّ
Permisalan orang yang membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma. Orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah bagaikan royhanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.” (HR. Bukhari no. 5059)
3.3 Keutamaan Al-Qur’an yang lain
Sabda Rasulullah saw, ”Keutamaan firman Allah azza wa jalla dibandingkan seluruh perkataan bagaikan keutamaan Allah dengan selain-Nya (makhluk-Nya.”) (HR. Ad Darimi)
  1. Al Qur’an Lebih dicintai Allah SWT Daripada Langit dan Bumi
Sabda Rasulullah SAW, ”Al Qur’an lebih dicintai Allah daripada langit dan bumi serta yang ada didalamnya.” (HR. Ad Darimi)
  1. Al Qur’an Adalah Cahaya Ditengah Kegelapan
Sabda Rasulullah SAW,”Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi)
  1. Ahlul Qur’an adalah Keluarga Allah SWT
Sabda Rasulullah saw, ”Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.’ Beliau saw ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau saw menjawab,’mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
  1. Mereka Adalah Sebaik-Baik Umat.
Sabda Rasulullah saw, ”Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori, Abu Daud dan tirmidzi)
4. Al-qur’an sebagai Sarana zikr
Jika kita mendengar orang membaca ayat Quran kita boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca Alquran,dan didengarkan dengan sebaik mungkin,
’Dan apabila dibacakan Quran maka dengarlah dan perhatikanlah’ [Al-A’raaf ;204]
Al-Qur’an diturunkan untuk dibaca sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah untuk diresapi artinya agar lebih mengerti akan “hakikat”. Namun begitu, al-Qur’an juga bisa digunakan untuk mendapatkan berkah, agar mendapatkan kesembuhan dari segala penyakit atau demi tujuan-tujuan lain yang dibenarkan oleh agama. Banyak riwayat-riwayat mengenai penggunaan al-Qur’an atau doa-doa lainnya sebagai “suwuk” atau mantra.
Diriwayatkan oleh ‘Auf bin Malik, ia berkata:
“Pada zaman Jahliyah dahulu kami menggunakan mantra, kemudian kami menanyakan pada Rasulullah: ‘Bagaimana baginda melihat itu semua’. Kemudian beliau berkata: ‘Perlihatkan mantra-mantra kalian kepadaku. Tidak ada larangan untuk mantra-mantra selama tidak berupa syirik.’” HR. Muslim no. 4079.
Lihat pula riwayat Bukhori no. 2115 tentang penggunaan surat al-Fatihah sebagai mantra, dan riwayat-riwayat lainnya. Dengan adanya riwayat-riwayat ini, lalu para ulama’ menyimpulkan bahwa al Qur’an dan dzikir-dzikir lainnya dapat digunakan untuk mengambil berkah.
Mengambil berkah al-Qur’an dengan membacanya kemudian meniup dengan mulut, sebagaimana riwayat Bukhori no. 2115. Juga sebagaimana riwayat Bukhori nomor 5307 dari ‘Aishah ra. ia berkata: Rasulullah jika berbaring di pembaringannya, selalu meniup di kedua telapak tangannya dengan “qul huwallaahu ahad” dan “mu’awwidzatain”, kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangannya pada mukanya dan semua badan yang dapat disentuh oleh kedua tangannya.
‘Aishah berkata: “Kemudian di saat Rasul sakit, beliau memerintahkan kepadaku agar saya melakukannya untuk beliau.”
Allah berfirman
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (al-An’am:155)
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan ) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang menjajakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang benar.” (al-Isra’:9)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar mendukung darimu sangat aku tunggu!!