A.
Sejarah Singkat Al-Quran
Al-Qur’an
adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran merupakan firman Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan
maknanya. Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sangat berharga
bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman
bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun
akhirat.
Al-Qur’an
mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al
Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-’Ashr, Al-Kautsar, dan
An-Nashr. Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al-Qur’an adalah 6.236,
sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena
perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat (kecuali
At-Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan
huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim,
dan lain-lain. Ada yang memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak
mengikutsertakannya sebagai ayat.
Untuk
memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Qur’an dalam 30 juz
yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir
Al-Qur’an).
Masing-masing
hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub’ (seperempat), an-nisf
(seperdua), dan as-salasah (tiga perempat).
Selanjutnya Al-Qur’an dibagi pula dalam 554 ruku’, yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap satu ruku’ ditandai dengan huruf ‘ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku’, sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku’.
Selanjutnya Al-Qur’an dibagi pula dalam 554 ruku’, yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap satu ruku’ ditandai dengan huruf ‘ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku’, sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku’.
Nisf
Al-Qur’an (tanda pertengahan Al-Qur’an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19
pada lafal walyatalattaf yang artinya: “hendaklah ia berlaku lemah lembut”.
Al-Quran
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:
1.
Malaikat
Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa
memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah
berada di dalam hatinya.
2.
Malaikat
Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata
di hadapan Nabi SAW.
3.
Wahyu
turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
4.
Malaikat
Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli. Setiap kali
mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi wahyu
yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya.
Hafalan Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.
Surat-surat
dalam Al-Qur’an tersebut terbagi dalam dua kelompok.
1.
Surat
Makkiyah, yakni yang ayat-ayatnya diturunkan di Mekah (sebelum Nabi Muhammad hijrah). Jumlahnya 86 surat atau
19/ 30 dari isi Al-Qur’an.
2.
Surat
Madaniyyah, yakni yang ayat-ayatnya diturunkan di Madinah (setelah Nabi
Muhammad hijrah). Jumlahnya 28 surat atau 11/30 dari isi Al-Qur’an.
B.
Surat-Surat Pendek (Al Mufashshal)
Surat-surat pendek adalah surat yang disampaing ayatnya
pendek dan jumlahnya tidak terlalu banyak (berkisar antara satuan dan puluhan
ayat) juga biasanya atau terkadang dikumpulkan penulisnya dalam juz tersendiri
yang dikenal dengan nama juz’amma.
Juz ‘Amma, yang merupakan juz ke
30 atau terakhir dari kitab suci al-Qur-an, merupakan bagian yang paling sering
kita dengar dan paling sering kita baca. Ketika kita pertama kali belajar
membaca al-Qur-an di masa kecil, hal pertama yang kita pelajari adalah membaca
dan menghafal surat-surat pendek yang terdapat di dalam Juz ‘Amma. Ditambah
lagi kebanyakan para imam di masjid-masjid lebih sering membaca surat-surat
pendek yang terdapat di dalam juz ‘Amma, daripada membaca surat-surat di dalam
juz-juz lainnya, baik secara lengkap maupun berupa penggalan surat. Sehingga
dengan demikian surat-surat tersebut terasa begitu akrab dan tidak asing lagi
di telinga kita. Bahkan banyak di antara kita yang hafal surat-surat tersebut
di luar kepala.
Juz ‘Amma merupakan juz dengan jumlah surat terbanyak. Di dalamnya
terdapat 37 surat. Dimulai dengan surat an-Naba’ dan di-akhiri dengan surat
an-Naas. Sebagian besar dari surat-surat tersebut, yaitu sebanyak 34 surat,
merupakan surat Makkiyyah, yaitu surat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke
Madinah. Sedang tiga surat selebihnya, yakni al-Bayyinah, az-Zalzalah dan
an-Nashr merupakan surat Madaniyyah, yaitu surat yang turun setelah Rasulullah
SAW hijrah ke Madinah.
Ciri khas surat-surat Makkiyyah di antaranya adalah, ayatnya
pendek-pendek, susunan kalimatnya sangat indah dan menyentuh, bersastra tinggi
dan penuh dengan argumen kuat tak terbantahkan yang meruntuhkan paradigma dan
keyakinan kaum musyrikin. Sebagian besar bahasannya mengingatkan manusia akan
kekuasaan Allah Ta’ala di alam semesta, kehidupan akhirat, perjumpaan dengan
Allah dan hari Pembalasan. Semua itu tertuang dalam ayat-ayat pendek, dengan
bahasa yang begitu indah dan sangat menyentuh dan kebanyakan diawali
dengan seruan "yaa ayyuhannas
" (wahai manusia).
Di samping itu di dalam Juz ‘Amma terdapat banyak surat yang memiliki keutamaan.
Di antaranya adalah surat al-Ikhlash, al-Falaq, an-Naas dan lam-lain. Tentang
surat al-Ikhlas misalnya, Rasulullah SAW bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sesungguhnya (surat
al-Ikhlash) itu sebanding dengan sepertiga al-Qur’an.” (HR. Al-Bukhari).
Surat-surat dalam juz ke 30 diantaranya adalah:
1. Surat
An-Nas artinya manusia, terdiri dari 6 ayat.
Surat ini
memerintahkan agar manusia memohon perlindungan kepada Allah dari segala macam
kejahatan yang datang kedalam jiwa manusia dari jin dan manusia.
2. Surat
al-Falaq artinya waktu subuh, terdiri
dari 5 ayat.
Surat ini
memerintahkan agar manusia berlindung kepada Allah dari segala macam kejahatan.
3. Surat
Al-Ikhlash artinya memurnikan keesaan Allah, terdiri dari 4 ayat.
Surat ini menegaskan tentang kemurnian ke esaan
Allah SWT dan menolak segala macam kemusyrikan dan menerangkan bahwa tidak ada
sesuatu yang menyamai-Nya.
4. Surat Al-Lahab
artinya gejolak api, terdiri dari 5 ayat.
Surat ini
menceritakan Abu Lahab dan istrinya yang menentang Rasul SAW. keduanya akan
celaka dan masuk neraka. Harta Abu Lahab, tak berguna untuk keselamatannya
dengan demikian pula usaha-usahanya.
5. Surat
An-Nashr artinya pertolongan, terdiri 3 ayat.
Isi surat
ini adalah janji bahwa pertolongan Allah akan datang dan Islam akan mendapatkan
kemenangan dan perintah dari Tuhan agar bertasbih memujin-Nya, dan meminta
ampun kepada-Nya dikala terjadi peristiwa yang menggembirakan.
6. Surat
Al-Kaafiruun artinya orang-orang kafir, terdiri dari 6 ayat.
Surat ini
adalah pernyataan bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad
SAW dan
pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir, dan
Nabi Muhammad SAW tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang
kafir.
7. Surat
Al-Kautsar artinya nikmat yang banyak, terdiri dari 3 ayat.
Surat ini
mengnjurkan agar orang selalu beribadah kepada Allah dan berkorban sebagai
tanda bersyukur atas nikmat yang dilimpahkan-Nya.
8. Surat
Al-Ma’uun artinya barang-barang yang berguna, terdiri dari 7 ayat.
Surat ini
menceritakan beberapa sifat manusia yang dipandang sebagai mendustakan agama
dan ancaman terhadap orang-orang yang melakukan shalat dengan lalai dan riya.
9. Surat
Al-Quraisy artinya suku quraisy, terdiri dari 4 ayat.
Surat ini
adalah peringatan kepada orang-orang Quraisy tentang nikmat-nikmat yang
diberikan Allah kepada mereka karena itu mereka diperintahkan untuk menyembah
Allah.
10. Surat Al-Fil
artinya gajah, terdiri dari 5 ayat.
Surat ini
menceritakan tentang pasukan gajah yang diazab oleh Allah SWT dengan mengirim
sejenis burung yang menyerang mereka sampai binasa.
11. Surat
Al-Humazah artinya pengupat, terdiri dari 9 ayat.
Surat ini
menjelaskan ancaman Allah terhadap orang-orang yang suka mencela orang lain,
suka mengupat dan mengumpulkan harta tetapi tidak menafkahkannya di jalan
Allah.
12. Surat
Al-‘Ashr artinya masa, terdiri dari 3 ayat.
Surat ini
menerangkan bahwa semua manusia dalam keadaan merugi apabila tidak mengisi
waktunya dengan perbuatan-perbuatan baik.
13. Surat
At-Takaatsur artinya bermegah-megahan, terdiri dari 8 ayat.
Surat ini
mengemukakan celaan dan ancaman terhadap orang-orang yang bermegah-megahan
dengan apa yang diperolehnya dan tidak membelanjakannya dijalan Allah. Mereka
pasti diazab dan pasti akan ditanya tentang apa yang dimegah-megahkannya itu.
14. Surat
Al-Qari’ah artinya hari kiamat, terdiri dari 11 ayat.
Surat ini
menceritakan kejadian hari kiamat, yaitu manusia bertebaran, gunung berhaburan,
amal manusia ditimbang dan dibalas.
15. Surat
Al-‘Aadiyaat artinya kuda perang yang berlari kencang, terdiri dari 11
ayat.
Surat ini
menjelaskan sifat-sifat buruk manusia dan kebangkitan mereka serta pembalasan
kepada mereka pada hari kiamat.
16. Surat
Al-Zalzalah artinya goncangan, terdiri dari 8 ayat.
Surat ini
menerangkan kegoncangan bumi yang amat hebat pada hari kiamat dan kebingungan
manusia ketika itu dan manusia dikumpulkan untuk dihisab segala amal perbuatan
mereka.
17. Surat Al-
Bayyinah artinya bukti, terdiri dari 8 ayat.
Dalam
surat ini Allah menerangkan bahwa ajaran Nabi Muhammad adalah ajaran yang benar
dan agama yang dibawanya adalah agama yang lurus yang mencangkup pokok-pokok
ajaran yang dibawa nabi-nabi yang dulu.
18. Surat Al-Qadar
artinya kemuliaan, terdiri dari 5 ayat.
Pada surat
ini diterangkan bahwa permulaan Al Quran diturunkan ialah pada malam laillatul
Qodar dan diterangkan juga ketinggian malam lailatul Qodar.
19. Surat
Al-Alaq artinya segumpal darah, terdiri dari 19 ayat.
Surat ini
menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian
memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan memberi pengetahuan. Tetapi
manusia tidak ingat lagi asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah
itu, bahkan dia bertindak melampaui batas karena melihat dirinya telah merasa
serba cukup.
20. Surat
At-Tiin artinya buah tin, terdiri dari 8 ayat.
Surat ini
menerangkan kedudukan manusia dan keadilan Allah SWT.
21. Surat Al-Insyirah
artinya melapangkan, terdiri dari 8 ayat.
Surat ini
menegaskan tentang nikmat-nikmat dari Allah yang diberikan
kepada
Nabi Muhammad SAW dan pernyataan Allah, bahwa disamping
kesukaran
ada kemudahan karena itu diperintahkan kepada Nabi agar tetap
melakukan
amalan-amalan saleh dan bertawakkal kepada-Nya.
22. Surat
Adh-Dhuha artinya waktu matahari sepenggalahan naik, terdiri dari 11
ayat.
Surat ini menerangkan tentang
bimbingan dan pemeliharaan Allah SWT terhadap Nabi Muhammad SAW dengan cara tak
putus-putusnya dan mengandung pula perintah kepada Nabi supaya mensyukuri
segala nikmat itu.
23. Surat Al-Lail
artinya malam, terdiri dari 21 ayat.
Surat ini
menerangkan bahwa amalan-amalan yang dikerjakan dengan tulus ikhlas semata-mata
mencari keridhaan Allah itulah yang membawa kebahagiaan diakhirat kelak.
24. Surat
Ssy-syams artinya matahari, terdiri dari 15 ayat.
Surat ini
berisi doronga kepada manusia untuk membersihkan jiwanya agar mendapat
keberuntungan di dunia dan di akhirat dan menyatakan bahwa allah akan
menimpakan azab kepada orang-orang yang mengotori jiwanya seperti halnya kaum
Tsamud.
25. Surat
Al-Balad artinya negeri, terdiri dari 20 ayat.
Surat ini
mengutarakan bahwa manusia haruslah bersusah payah mencari kebahagiaan dan
Allah sendiri telah menunjukan jalan yang membawa kepada kebaikan, dan jalan
yang membawa kepada kesengsaraan. Allah menggambarkan bahwa kepada kebahagiaan
itu lebih sulit menempuhnya dari pada yang membawa kepada kesengsaraan.
26. Surat Al-Fajr
artinya fajar, terdiri dari 30 ayat.
Surat ini
mengemukakan contoh umat yang ditimpa azab dan beberapa sifat-sifat manusia
yang tercela, serta menegaskan kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada orang
yang berjiwa tenang.
27. Surat
Al-Ghaasyiyah artinya peristiwa yang dasyat, terdiri dari 26 ayat.
Surat ini
menerangan penderitaan orang-orang yang kafir
dan kenikmatan orang-orang yang beriman pada hari kiamat.
28. Surat Al-A’laa
artinya yang paling tinggi, terdiri dari 19 ayat.
Surat ini
mengemukakan perintah Allah untuk bertasbih dengan menyebut nama-Nya; Nabi
Muhammad tidak lupa pada ayat-ayat yang dibacakan kepadanya; jalan-jalan yang menjadikan orang sukses
didunia dan diakhirat.
29. Surat Ath-Thaariq
artinya yang datang dimalam hari, terdiri dari 17 ayat.
Surat ini
mengemukakan tiap-tiap jiwa selalu dipelihara dan diawasi Allah; sebagaimana
Allah menciptakan manusia maka Allah dapat pula menghidupkan kembali bila ia
telah mati; Al Quran adalah pemisah antara yang hak dan batil.
30. Surat Al-Buruuj
artinya gugusan bintang, terdiri dari 22 ayat.
Surat ini
berisi sikap dan tindakan-tindakan orang-orang kafir terhadap orang-orang yang
mengikuti seruan para Rasul; bukti-bukti dan keesaan Allah; isyarat dari Allah
bahwa orang-oarang kafir Mekah akan ditimpa azab sebagaimana kaum fir’aun dan
Tsamud telah ditimpa azab; jaminan Allah terhadap kemurnian Al Quran.
31. Surat Al-Insyiqaaq
artinya terbelah, terdiri dari 25 ayat.
Surat ini
mengutarakan kejadian-kejadian permulaan terjadinya hari kiamat, bagaimana
balasan amalan yang baik dan perbuatan yang buruk; dan kepastian hari kiamat
yang ditentang oleh orang-orang kafir.
32. Surat Al-Muthaffifiin
artinya orang-orang yang curang, terdiri dari 36 ayat.
Surat ini
mengandung ancaman-ancaman terhadap orang-orang kafir dan orang-orang yang
melakukan kecurangan, disamping itu memberikan janji yang baik kepada mereka
yang beriman dan melakukan kebajikan.
33. Surat Al-Infithaar
artinya terbelah, terdiri dari 19 ayat.
Surat ini
menggambarkan kejadian-kejadian hari kiamat, dan menerangkan keingkaran manusia
kepada karunia Allah dan bahwa segala perbuatan mereka itu akan mendapat
pembalasan.
34. Surat At-Takwiir
artinya menggulung, terdiri dari 29 ayat.
Surat ini
mengemukakan tentang kejadian-kejadian pada hari kiamat serta
kebenaran
Al Quran sebagai wahyu Allah dan kerasulan Nabi Muhammad.
35. Surat
‘Abasa artinya ia bermuka masam, terdiri dari 42 ayat.
Surat ini
mengandung teguran Allah kepada Rasulullah SAW yang telah mengutamakan
pembesaran-pembesaran Quraisy yang diharapkan agar mereka masuk islam daripada
Ibnu Ummi Maktum yang buta, tapi telah diyakini keimanannya; Al Quran adalah
sebagai peringatan: dan salah satu sikap manusia tidak mensyukuri nikmat Allah.
36. Surat
An-Naazi’aat artinya malaikat-malaikat yang mencabut, terdiri dari 46 ayat.
Surat ini
berisi penegasan Allah tentang adanya hari kiamat dan sikap orang-orang musyrik
kepadanya; manusia dibagi 2 golongan diakhirat; manusia tidak dapat mengetahui
kapan terjadinya hari kiamat. Dan surat ini menceritakan kisah Nabi Musa dan
Fir’aun.
37. Surat
An-Naba’ artinya berita besar, terdiri dari 40 ayat.
Surat ini menerangkan pengingkaran
orang-orang musyrik terhadap hari kebangkitan, acaman Allah terhadap sikap
mereka, azab yang akan meraka terima di hari kiamat serta kebahagiaan
orang-orang yang beriman.
C. Cara menghafal surat-surat pendek
Cara menghafal surat - surat pendek, di antaranya
:
1.
Perbanyak
mendengar sebelum memulai menghafal, bisa dengan kaset murattal atau
mendengarnya dengan khusyu' dari para imam shalat yang kebanyakan dari mereka sering
membaca surat-surat pendek dalam
shalat maghrib, isya dan subuh. atau yang lebih sering lagi pada saat shalat
tarawih di bulan ramadhan, dimana kebanyak imam membaca surat-surat pendek.
2.
Perbanyak
membaca surat-surat pendek tersebut sehingga ketika kita mulai menghafalnya
maka lidah kita sudah akrab dengan ayat-ayat yang akan kita hafal. Kemudian
setelah kita yakin benar bahwa surat-surat tersebut sudah kita hafal, baru
kemudian pindah ke surat berikutnya.
3.
Jangan
lupa untuk membacanya di hadapan seorang teman yang bacaan atau
hafalan Al-Qurannya lebih baik dari
kita atau seorang guru tahfizh Al-Quran untuk menyimak hafalan kita, ini harus
kita lakukan untuk menghindari salah baca dan salah menghafal.
4.
Lakukan
pengulangan (muraja'ah) secara teratur, terutama kita baca dalam shalat lima
waktu atau dalam shalat sunnah.
5.
Usahakan
membaca hafalan sesuai dengan urutan yang tercantum di dalam Al-Quran, misalnya
kita membaca surah Al-Qari'ah, At-Takatsur kemudian surat Al-'Ashr terus
sampai surat An-Nas. Sehingga kita mampu mengurutkan hafalan kita sesuai urutan
yang ada dalam Al-Quran.
Cara mengajarkan hafalan surat-surat pendek pada
peserta didik dapat ditempuh melalui kegiatan sebagai berikut:
1.
Guru menulis lafal ayat-ayat surat yang
akan dihafal di papan tulis atau menyuruh peserta didik membuka buku yang telah
ditentukan untuk pelajaran tersebut.
2.
Guru melafalkan ayat-ayat tersebut
secara tertib dengan suara yang jelas, mulai ayat pertama sampai ayat terakhir.
Bacaan ini diulang sampai taga kali, sambil meminta seluruh peserta didik agar
menyimak dan mendengarkannya baik-baik.
3.
Guru membaca kembali ayat demi ayat
surat tersebut dan meminta kepada seluruh peserta didik agar menirukannya.
Bacaan tersebut diulang tiga kali.
4.
Tulisan yang ada di papan tulis dihapus
dan menyuruh peserta didik menutup bukunya dan guru mengulangi kembali bacaan
ayat demi ayat surat tersebut itu secara hafal dan meminta kepada seluruh
peserta didik untuk menirukannya dihafal pula.
5.
Untuk lebih mudah lagi menghafal dan
untuk anak memperkuat lagi hafalannya, dibiasakan sebelum dimulai pelajaran
pertama, anak melafalkan surat-surat pendek bersama-sama.
1.1 Nama
nama lain Al-Qur’an
|
j.
Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
|
1.2 Struktur dan pembagian Al-Qur'an
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian
yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa
ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang
terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar dan Al-‘Așr. Surat-surat
yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas
tema atau topik tertentu.
Sedangkan menurut tempat
diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat
Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan
waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan
setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan
sesudah hijrah ini lebih tepat,sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.
Dalam skema pembagian lain,
Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal
dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin
menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni
manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan
dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan
dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang
ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
- As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
- Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
- Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
- Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya
2. Fungsi Al-qur’an sebagai Pedoman Hidup Manusia
2.1
Pokok Ajaran Dalam Isi
Kandungan AlQuran
- Tauhid – Keimanan terhadap Allah SWT
- Ibadah – Pengabdian terhadap Allah SWT
- Akhlak – Sikap & perilaku terhadap Allah SWT, sesama manusia dan makhluk lain
- Hukum – Mengatur manusia
- Hubungan Masyarakat – Mengatur tata cara kehidupan manusia
- Janji Dan Ancaman – Reward dan punishment bagi manusia
- Sejarah – Teledan dari kejadian di masa lampau
2.2 Fungsi Al-Qur’an
a. Pengganti
kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT
b. Tuntunan
serta hukum untuk menempuh kehidupan
c. Menjelaskan
masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
d. Sebagai Obat
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu
yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Alquran itu)
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra’
(17): 82).
e. . Petunjuk
pada jalan yang lurus
Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi
petunjuk pada jalan yang amat lurus. (Al-Isrâ (17) ayat 9.
2.3
Kedudukan Al Qur’an
- Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar), QS. An Naba’ (7 : 1-2)
- Kitabul Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. Al Maidah (5) : 49-50
- Kitabul Jihad, QS. Al Ankabut (29) : 69
’Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. ’
d.
Kitabul
Tarbiyah, QS. Ali Imran (3) : 79
’Tidak wajar bagi seseorang manusia
yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata
kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,
karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya.’
e.
Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)
Konsepsi inilah yang pada akhirnya
dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari
kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah
telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub
mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa sebuah generasi telah
terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang memiliki keistimewaan
tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara
keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini
sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang
dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana
sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode
awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti
kemulyaan mereka, manakala beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
عن عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Dari Imran bin Hushain ra,
Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada
masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi’in), kemudian
generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR. Bukhari)”
Imam Nawawi secara jelas
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi pada masaku’ adalah sahabat
Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai
keutamaan sahabat:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ
أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ
أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ ( رواه البخاري)
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra,
Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku.Karena
sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud,
niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai
setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14
– 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka
dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara
ringkasnya adalah sebagai berikut:
- Karena mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya.
- Ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka.
- Mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi
sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di
sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an,
yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari
mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup
yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di
akhirat.
Ilmu-ilmu yang Membahas Hal-hal yang Berhubungan
dengan al-Qur’an antara lain :
- Ilmu Mawathin Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tentang tempat-tempat turunnya ayat Qur’an.
- Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-sebab turunnya ayat Al-qur’an.
- Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang membahas tentang teknik membaca Al-Qur’an.
- Gharibil Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang kalimat-kalimat yang asing artinya dalam Al-Qur’an.
- Ilmu Wajuh wa Nadhar, yaitu ilmu yang membahas tentang kalimat yang mempunyai banyak arti dan makna apa yang dikehendaki oleh sesuatu ayat dalam Al-Qur’an.
- Ilmu Amtsalil Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an.
7.
Ilmu Aqsamil Qur’an, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang maksud-maksud sumpah Tuhan dalam Al-Qur’an
- Kitabul Ilmi, QS. Al Alaq (96) : 1-5
‘Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.’
3. Faedah dan
Keutamaan Membaca Al-qur’an
3.1 Adab membaca Al Quran
- Membaca ta’awwudz sebelum membaca Al Quran (An-nahl:98 )
‘Apabila kamu membaca Al Quran
hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.’
- Khusuk saat mendengar Al Qura (Al-a’raaf:204)
‘Dan apabila dibacakan Quran maka
dengarlah dan perhatikanlah’
‘Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.’
Dan apabila mereka mendengarkan apa
yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air
mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari
kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah
beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas
kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).
‘atau lebih dari seperdua itu. Dan
bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan’
Katakanlah: “Serulah Allah atau
serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al
asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu
dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannyadan carilah jalan tengah di
antara kedua itu.”
Dan ingatlah apa yang dibacakan di
rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah
adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.
Mereka itu tidak sama; di antara
Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus], mereka
membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud
(sembahyang).
Orang-orang yang telah Kami berikan
Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84],
mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka
mereka itulah orang-orang yang rugi.
3.2 Keutamaan Al-Qur’an
Kitab suci Al-Qur’an memiliki beberapa keutamaan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
- Bahasanya halus, indah tidak satupun yang mampu menandinginya
- Terpelihara keselamatan dan kemurniannya sejak diwahyukan hingga akhir zaman
- Bahasanya yang dipergunakannya sama untuk semua lapisan masyarakat, bangsa seluruh dunia, baik di Arab, Amerika, Afrika, Afganistan, India, Inggris, Indonesia, Jepang, Belanda, Malaysia dan sebagainya.
- Mudah dibaca, dihafal, dipelajari dan dipahami serta diamalkannya
- Merupakan suatu ibadah bagi yang membacanya atau mepelajarinya.
- Pembawanya orang yang “Ummi” yakni tidak dapat membaca dan menulis.Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukan hasil budi daya manusia, melainkan benar- benar Wahyu Allah Swt.
- Menjadi syafaat bagi orang yang membacanya kelak di hari kiamat.
Dari Abu Umamah Al Bahiliy, (beliau berkata), “Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ
يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ
الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ
كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا
اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ
وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ
“Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an
akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang
membacanya.Bacalah Az Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat Al Baqarah dan
Ali Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau
seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang
membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya),
keduanya akan menjadi pembela bagi
yang rajin membaca dua surat tersebut. Bacalah pula surat Al Baqarah. Mengambil
surat tersebut adalah suatu keberkahan dan meninggalkannya akan mendapat
penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin menghafalnya.” (HR. Muslim)
- Mencakup dan menyempurnakan ajaran- ajaran kitab- kitab suci sebelumnya.
- Susunan ayat yang mengagumkan dan mempengarihi jiwa pendengarnya.
- Dapat digunakan sebagai dasar pedoman kehidupan manusia.
- Menghilangkan ketidakbebasan berfikir yang melemahkan daya upaya dan kreatifitas manusia (memutus rantai taqlid).
- Memberi penjelasan ilmu pengetahuan untuk merangsang perkembangannya.
- Memuliakan akal sebagai dasar memahami urusan manusia dan hukum-hukumnya.
- Menghilangkan perbedaan antar manusia dari sisi kelas dan fisik serta membedakan manusia hanya dasi takwanya kepada Allah SWT.
Permisalan Orang yang Membaca Al Qur’an dan
Mengamalkannya
Dari Abu Musa Al Asy’ariy, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَقْرَأُ
الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالأُتْرُجَّةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا
طَيِّبٌ ، وَالْمُؤْمِنُ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ
كَالتَّمْرَةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ
الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا
مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ ،
طَعْمُهَا مُرٌّ – أَوْ خَبِيثٌ – وَرِيحُهَا مُرٌّ
“Permisalan orang yang membaca Al Qur’an dan
mengamalkannya adalah bagaikan buah utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin
yang tidak membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma,
rasanya enak namun tidak beraroma. Orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah
bagaikan royhanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik
yang tidak membaca Al Qur’an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan
tidak enak.” (HR. Bukhari no. 5059)
3.3
Keutamaan Al-Qur’an yang lain
Sabda Rasulullah saw, ”Keutamaan
firman Allah azza wa jalla dibandingkan seluruh perkataan bagaikan keutamaan
Allah dengan selain-Nya (makhluk-Nya.”) (HR. Ad Darimi)
- Al Qur’an Lebih dicintai Allah SWT Daripada Langit dan Bumi
Sabda Rasulullah SAW, ”Al Qur’an lebih dicintai
Allah daripada langit dan bumi serta yang ada didalamnya.” (HR. Ad
Darimi)
- Al Qur’an Adalah Cahaya Ditengah Kegelapan
Sabda Rasulullah SAW,”Aku wasiatkan kepada kalian
agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan,
petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR.
Baihaqi)
- Ahlul Qur’an adalah Keluarga Allah SWT
Sabda Rasulullah saw, ”Sesungguhnya Allah mempunyai
keluarga dari kalangan manusia.’ Beliau saw ditanya,’Siapa mereka wahai
Rasulullah.’ Beliau saw menjawab,’mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah
keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
- Mereka Adalah Sebaik-Baik Umat.
Sabda Rasulullah saw, ”Sebaik-baik kalian
adalah yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori, Abu
Daud dan tirmidzi)
4. Al-qur’an
sebagai Sarana zikr
Jika kita mendengar orang membaca
ayat Quran kita boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca Alquran,dan
didengarkan dengan sebaik mungkin,
’Dan apabila dibacakan Quran maka
dengarlah dan perhatikanlah’ [Al-A’raaf ;204]
Al-Qur’an diturunkan untuk dibaca
sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah untuk diresapi artinya agar lebih
mengerti akan “hakikat”. Namun begitu, al-Qur’an juga bisa digunakan untuk
mendapatkan berkah, agar mendapatkan kesembuhan dari segala penyakit atau demi
tujuan-tujuan lain yang dibenarkan oleh agama. Banyak riwayat-riwayat mengenai
penggunaan al-Qur’an atau doa-doa lainnya sebagai “suwuk” atau mantra.
Diriwayatkan oleh ‘Auf bin Malik, ia
berkata:
“Pada zaman
Jahliyah dahulu kami menggunakan mantra, kemudian kami menanyakan pada
Rasulullah: ‘Bagaimana baginda melihat itu semua’. Kemudian beliau berkata:
‘Perlihatkan mantra-mantra kalian kepadaku. Tidak ada larangan untuk
mantra-mantra selama tidak berupa syirik.’” HR. Muslim no. 4079.
Lihat pula riwayat Bukhori no. 2115
tentang penggunaan surat al-Fatihah sebagai mantra, dan riwayat-riwayat
lainnya. Dengan adanya riwayat-riwayat ini, lalu para ulama’ menyimpulkan bahwa
al Qur’an dan dzikir-dzikir lainnya dapat digunakan untuk mengambil berkah.
Mengambil berkah al-Qur’an dengan
membacanya kemudian meniup dengan mulut, sebagaimana riwayat Bukhori no. 2115.
Juga sebagaimana riwayat Bukhori nomor 5307 dari ‘Aishah ra. ia berkata: Rasulullah
jika berbaring di pembaringannya, selalu meniup di kedua telapak tangannya
dengan “qul huwallaahu ahad” dan “mu’awwidzatain”, kemudian beliau mengusapkan
kedua telapak tangannya pada mukanya dan semua badan yang dapat disentuh oleh
kedua tangannya.
‘Aishah berkata: “Kemudian di
saat Rasul sakit, beliau memerintahkan kepadaku agar saya melakukannya untuk
beliau.”
Allah berfirman
وَهَذَا
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُونَ
“Dan al-Qur’an itu adalah kitab yang
Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu
diberi rahmat.” (al-An’am:155)
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي
لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada
(jalan ) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min
yang menjajakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang benar.”
(al-Isra’:9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar mendukung darimu sangat aku tunggu!!