Lafadz ialah kata/suara yang mengandung huruf abjad.
Ia dibagi menjadi dua, yaitu lafadz muhmal, yang berarti lafadz atau ungkapan
yang tidak memiliki arti seperti wesemeng, krowo, dan lain-lain. Kedua, lafadz
musta’mal, yaitu lafadz atau kata-kata yang menunjukkan arti, seperti jakarta,
zaid, pergi, nonton, dan lain, lain.
Lalu, lafadz musta’mal ini dibagi lagi menjadi dua bagian lagi, yaitu: lafadz mufrad, yaitu kata yang menunjukkan arti dirinya dan bagian darinya tidak bisa menunjukkan arti yang lain, misalnya ucapan kayu, maka tidak bisa berarti ka punya arti dan yu punya arti, tapi ‘kayu” baru memiliki arti. Kedua lafadz murokkab, yaitu kata-kata yang tersusun dan terangkai dari beberapa suku kata dan sebagian dari kata kata itu dapat menunjukkan arti bagi sebagian yang lain. Misalnya bangsa Indonesia, bangsa memiliki arti, Indonesia memiliki arti. Jika kita menyebut banyuwangi, maka suku kata ini tidak termasuk lafadz murokkab, karena sudah menjadi nama sebuah daerah di jawa timur.maka banyuwangi masih termasuk lafadz yang masih mufrad alias tunggal.
Lafadz mufrad dibagi menjadi dua, yaitu mufrad kulli dan mufrad juz’I, mufrad kulli adalah kata tunggal yang dapat mencakup beberapa unit secara global. Misalnya ayam, alam, kendaraan, kantor, dan lain-lain . Mufrad juz’i ialah kata tunggal yang tidak dapat mencakup beberapa unit, ia hanya memiliki arti yang terbatas saja, misalnya Muhammad, tangan, mata, dan lain lain.
Lafadz kulli dibagi menjadi dua bagian:
1. Kulli dzati, yaitu kata yang menunjukkan arti dari hakikat suatu benda bersamaan dengan unit-unitnya, misalnya ucapan sayurmayur, itu berarti kangkung, bayam, kubis termasuk, dan sayur-sayur itu masuk pada sebutan sayurmayur. Karena hakikat dari kangkung, bayam, kubis adalah sayur mayur.
2. Kulli ‘ardli, kebalikan dari kulli dzati, kata ini
tidak menunjukkan arti dari bagian unit-unitnya, misalnya pak Hadi menjadi
Bupati, ia dipanggil Bupati. Maka bupati ini merupakan kulli ardli, karena
tidak setiap bupati pasti pak hadi, dan tidak setiap pak hadi menjadi bupati.
Misalnya pak syakur menjadi naib, maka dipanggil pak Naib.
Ada lima macam kulli yaitu:
Ada lima macam kulli yaitu:
1. Kulli jinsi, yaitu kata global yang memiliki beberapa
jenis dan hakikat yang berbeda tapi ketika memiliki persamaan ia patut
dijadikan sebagai jawaban, semisal kata palawija yang mewakili dari beberapa
unit tanaman, misal padi, kacang, kedelai dan lain lain.
2. Kulli fashal, yaitu kata global yang menggunakan
sebagian dari zat, wujud, bahan atau benda yang kata itu mampu mendefinisikan
hakikat benda itu. Misalnya, kata-kata berfikir, untuk menunjukkan definisi
manusia, hal ini bisa terwakili, misal yang lain menek klopo, padahal yang
dinaiki adalah pohon kelapa, tapi kelapa adalah bagian dari pohon itu. Beda
dengan kata tiang, yang menjadi penyangga rumah, rumah dikatakan tiang, maka
hal itu tidak tepat. Fashal sendiri masih dibagi menjadi dua, fashal qarib,
yaitu bagian bagian penyebutannya mendekati dari definisi asalnya, misalnya
ungkapan dapat berfikir bagi manusia. Kedua fashal ba’id, yaitu bagian dari
penyebutannya berjauhan dari definisi asalnya misalnya ungkapan manusia itu
berperasaan. Dan kita ketahui bahwa hewan juga berperasaan. Berarti kata perasaan
jauh dari definisi manusia tapi masih bisa mewakili, walau tidak manusia saja
yang mempunyai perasaan.
3. Kulli ‘aradl ‘am adalah kata global yang merupakan hal umum terjadi padanya, ia berada di luar zat, hakikat, benda dan wujudnya, misalnya ungkapan manusia adalah hewan yang bernafas, bernafas jelas di luar hakikat manusia.
4. Kulli khashah, kata global yang di luar dari
hakikatnya, zatnya, tetapi khusus bagi hakikat zat itu sendiri, seperti
tertawa, tertawa berada di luar hakikat manusia, tetapi hanya manusialah yang
bisa tertawa. Kulli dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Jenis dekat (jinsi qarib atau saafil), di bawah jenis ini masih ada jenis lagi, yang ada hanyalah nau’ (bagian dari kulli) misalnya perkataan “hewan”, di bawah kata hewan sudah tidak ada jenis lagi.
b. Jenis jauh (jinsi ba’id atau ‘aali), di bawah jenis
ini sudah masih ada jenis yang lain tetapi di atas jenis ini tidak ada lagi
jenis yang lain lagi, seperti jauhar atau alami, di atas jauhar tidak ada jenis
lain lagi, tapi di bawah jauhar masih ada nau’ dan al-nami (sesuatu yang
berkembang).
c. Jenis tengahan (jinsi wasath), yaitu macam jenis
yang di atas dan di bawahnya masih ada jenis yang lain. Seperti ucapan al-nami
di bawahnya masih ada jenis hewan, dan di atasnya ada pula jenis jisim.
5. Kulli nau’, yaitu kata global yang mempunyai beberapa hakikat yang sama, dan patut digunakan sebagai jawaban man huwa? Atau siapa dia?” maka bisa saja jawaban itu berupa ucapan, Zaid itu manusia, Fatimah itu manusia, Fathoni itu juga manusia, yang demikian itu merupakan macam dari hakikat sesuatu yang benar.
MENYAMAKAN LAFADZ PADA MAKNA
Bab ini menerangkan tentang persamaan lafadz terhadap maknanya, ada lima macam pembagian bagi lafadz global dipandang dari segi makna. Kelima macam itu adalah:
1. Kulli Mutawathi’, ialah lafadz global yang memiliki banyak arti dan makna yang kesemuanya memiliki makna dan arti yang tidak ada perbedaan, seperti ungkapan binatang, maka meliputi di dalamnya binatang liar, ternak binatang mamalia dan berbagai macam binatang.
2. Kulli musyakkik, yaitu sebuah lafadz yang mempunyai
banyak arti dan makna dan satu sama lain berbeda maknanya, misalnya kata
“putih” ada makna yang dominan dan ada yang resesif (minoritas), misal ucapan
kulitnya putih, cat temboknya putih, putih pertama dan putih yang kedua tidak
sama, walau ucapannya sama, kata putih ini disebut kata global yang menyimpang
dari hakikatnya.
3. Kulli Mutabayin, yaitu dua perkataan atau lebih
yang mana di antara satu sama lain itu memiliki arti yang berlainan, seperti
ungkapan, orang, kuda, intan, tumbuh-tumbuhan, maka bisa kita ambil pengertian
bahwa, orang bukan kuda, kuda bukan intan, intan bukan tumbuh-tumbuhan.
4. Kulli Mutarodif, yaitu dua kata atau lebih yang
memiliki sinonim (persamaan arti) seperti ungkapan wanita dan perempuan, lelaki
dan pria, awan dan mendung, pena dan ballpoint.
5. Kulli Musytarok, yaitu satu kata yang memiliki
banyak arti dan makna, seperti ungkapan matanya terlihat sangat tajam, dan
pisau ini tajam, ucapan tajam pertama dan tajam yang kedua mempunyai arti yang
berlainan, misalnya lagi, bulan, sekarang bulan desember, bulan itu tampak
begitu indah, bulan pertama dan bulan kedua mempunyai arti berlainan. Inilah
yang disebut kata global satu yang banyak arti.
Kata-kata yang tersusun menjadi sebuah kalimat disebut murokkab, kalimat ini ada dua macam pembagian, yaitu kalimat tholab (permintaan) dan kalimat khobar (pemberitaan). Kalimat permintaan ini dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Amar atau perintah, yaitu ucapan yang memiliki arti perintah, perintah yaitu ungkapan dari atasan kepada bawahan untuk melakukan pekerjaan, seperti perintah guru kepada murid, kyai kepada santri, dosen kepada mahasiswa. Duduklah! Kata pak dosen, maka ini disebut amar atau perintah.
2. Doa, atau permohonan. Ialah ucapan yang bersifat
memohon yang diucapkan oleh bawahan kepada atasan, semisal permohonan hamba
kepada Allah swt. Seperti ucapan, ampunilah hambaMu ini ya Allah.
3. Iltimas atau harapan, ialah ucapan yang memiliki
arti permintaan dari orang yang setingkat kepada orang lain yang setingkat pula
dengan peminta, misalnya perintah dari mahasiswa satu kepada mahasiswa yang
lain, tolong ambilkan bukuku, Bro!, tolong jangan kau ganggu kekasihku!!. Ini
disebut iltimas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar mendukung darimu sangat aku tunggu!!